JAKARTA | Mitra Banten News – Keberagaman agama, bahasa, budaya, dan etnis di Indonesia bukanlah dalih untuk konflik, tetapi merupakan harta yang memperkaya semua anak bangsa. 9 Srikandi Indonesia (9SI) harus bisa menjadi legacy yang kuat berkenaan dengan pembangunan budaya toleransi.
Demikian antara lain disampaikan pengamat sosial Rudi S. Kamri, saat memberi sambutan di acara peresmian berdirinya lembaga nirlaba 9 Srikandi Indonesia (9SI), di Jakarta, Kamis (09/05/2024).
“Walau yang bergabung di sini dari berbagai lintas profesi, budaya dan agama, saya berharap 9 Srikandi Indonesia (9SI) mampu mencerminkan Indonesia multi kultur yang toleran. Kita memiliki visi yang sama untuk menjaga toleransi,” tegas Rudi.
Di organisasi yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan ini Rudi S. Kamri didaulat sebagai Dewan Pembina.
Sikap toleran, kata Rudi, adalah ciri khas bangsa Indonesia. Ciri kemajemukan bangsa Indonesia yaitu budaya toleransi yang harus dipelihara oleh setiap warga Negara Indonesia.
“Apa yang kita wariskan kepada anak bangsa bukan uang, atau harta benda, melainkan nilai-nilai, sikap toleran dan menghargai keberagaman, ini ciri khas Indonesia. Menurut saya, 9 Srikandi Indonesia harus berani mencerminkan itu,” ujar Rudi.
Hadir di acara ini sejumlah kolega dari berbagai lintas profesi. Antara lain para seniman yang terdiri dari pelukis dan penari, budayawan, konsultan hukum, dan para penggiat sosial kemanusiaan, serta jajaran pengurus 9 Srikandi Indonesia (9SI) yang sebagian besar adalah kaum perempuan.
“Semoga 9 Srikandi Indonesia dapat mengepakkan sayap membawa kemajuan bagi para perempuan Indonesia melalui berbagai kegiatan yang kreatif dan produktif,” ujar Ketua Umum 9 Srikandi Indonesia Ambarsari Sulistyawati menyampaikan sambutan.
Menurut Ambarsari, pentingnya menumbuhkan budaya saling asah, asih, asuh, di tubuh sebuah organisasi. Saling memperbaiki kemampuan dan potensi diri, yang merujuk pada empati dan kepedulian sosial. Sikap untuk saling membantu dan saling mendukung.
“Nilai-nilai ini merupakan bagian dari budaya Indonesia yang harus kita terapkan sebagai spirit organisasi. Mudah-mudahan ini menjadi titik awal 9 Srikandi Indonesia mengepakkan sayap untuk pertiwi,” ungkap Ambarsari.
9 Srikandi Indonesia didirikan oleh 9 perempuan Indonesia, yang bersepakat berhimpun dan ingin ikut terlibat bagi kemajuan bangsa.
Para perempuan yang tercatat sebagai pendiri organisasi tersebut, Ambarsari Sulistyawati, Frida Sintah, Soraya Siahaan, Eny Sulistyowati, RR. Wuyosika Dewi E, Phio Romaito Masquline Sitorus, Agustina Anggraini, Amatul Firdausya, Nenda Martia Sari.
Duduk sebagai Pembina; Mohd. Nezar Djoeli ST, Rudi S Kamri, Muhri Fauzi Hafiz, P.M. Susbandono.
Di jajaran Pengurus Harian; Ambarsari Sulistyawati (Ketua Umum), Eny Sulistyowati, S.Pd. (Sekretaris Jenderal) dan RR. Wuyosika Dewi E. (Bendahara Umum).
Sebagaimana khitah dan haluan organisasi ini, 9 Srikandi Indonesia (9SI) fokus pada berbagai kegiatan sosial kemanusiaan, seni, budaya, dan pendidikan.
9 Srikandi Indonesia (9SI) akan mengadakan kegiatan wisata budaya khususnya bagi generasi muda agar lebih mengenal dan mencintai kekayaan budaya dan adat istiadat di Indonesia.
Memberikan bantuan kepada korban bencana alam, pengungsi, imigran termasuk rumah singgah sementara atau dalam jangka waktu yang lama. Memberikan bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin dan gelandangan.
Menyelenggarakan bakti sosial untuk masyarakat pra sejahtera. Melakukan kegiatan sosial di panti asuhan, panti jompo dan panti wreda.
9 Srikandi Indonesia juga menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal, workshop dan seminar-seminar, mencakup pengajaran seni, drama dan musik, dan pendidikan lainnya.
Mengadakan berbagai pelatihan dan membimbing para penggiat UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) agar dapat meningkatkan dan memajukan hasil usahanya.
Rudi S. Kamri, selaku Pembina 9 Srikandi Indonesia (9SI) kembali menegaskan pentingnya giat organisasi yang lebih fokus pada manajemen yang dikembangkan ke satu arah. Sehingga tidak terlalu melebar dan terkesan ingin menangani banyak hal.
“Kalau bisa jangan terlalu luas semua harus diambil. 9 Srikandi Indonesia harus memiliki kepekaan sosial. Salah satunya misalnya masalah penanganan stunting. Sehingga masyarakat Indonesia jika bicara soal stunting mereka langsung ingat 9 Srikandi Indonesia,” kata Rudi.
Rudi juga menegaskan, stunting bukan hanya ukuran tinggi badan (pendek) yang memprihatinkan. Ada yang lebih serius, kata dia, yaitu dampak stunting terhadap rendahnya kecerdasan dan mempengaruhi kualitas SDM. Sehingga stunting harus dicegah untuk generasi berikutnya.
“Saya berharap 9 Srikandi Indonesia segera bisa mengadakan seminar atau diskusi mengenai stunting. 9 Srikandi Indonesia bisa menjadi promotornya,” tegas pengamat sosial politik yang juga Chief Executive Officer (CEO) sekaligus founder channel YouTube Kanal Anak Bangsa TV ini. (Kelana Peterson)