Mitra Banten News | JAKARTA – Pengunduran diri Airlangga Hartarto dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar mengejutkan banyak pihak dan memicu berbagai reaksi dari publik. Langkah ini dianggap sebagai perubahan signifikan dalam peta politik partai yang selama ini dikenal stabil. Sejumlah pengamat politik menilai keputusan ini dapat membawa dampak besar terhadap strategi dan arah Partai Golkar ke depannya, terutama menjelang Pemilu yang akan datang.
Sorotan publik tertuju pada alasan di balik pengunduran diri tersebut, serta siapa yang akan menjadi pengganti Airlangga dalam memimpin partai berlambang pohon beringin ini.
Mundurnya Airlangga Hartarto dari posisi Ketua Umum Partai Golkar menuai banyak sorotan publik, Direktur Eksekutif Human Studies Institute 7(HSI), Rasminto turut berkomentar tentang mundurnya Airlangga Hartarto ini.
“Setelah berhasil membawa partai Golkar ke posisi papan atas nasional dengan merebut suara parlemen terbanyak kedua dalam Pemilu 2019 dan 2024 merupakan sebuah langkah signifikan yang mencerminkan sikap negarawan sejati”, katanya.
Menurutnya, sebagai seorang pemimpin partai politik, Airlangga menunjukkan bahwa dia memahami waktu dan tempat untuk melangkah maju dan mundur, demi kepentingan yang lebih besar.dalam keterangan resminya (11/8/2024).
“Setelah meraih kesuksesan dalam pemilu, fokusnya beralih untuk memastikan stabilitas dan keberlanjutan baik dalam pemerintahan maupun partai. Tentu, sikap ini menunjukkan bahwa kepentingan negara dan rakyat berada di atas ambisi pribadi maupun kekuasaan belaka”, jelasnya.
Pakar Geografi Politik Universitas Islam 45 (Unisma) ini menyebutkan langkah Airlangga juga menunjukkan sikap untuk memberikan ruang bagi regenerasi kepemimpinan di Partai Golkar.
“Dengan mundur pada saat puncak prestasi, ia membuka jalan bagi kader-kader muda dan pemimpin baru untuk melanjutkan visi dan misi partai serta bentuk komitmen untuk menjadikan Golkar sebagai partai yang modern dan dinamis, yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan terus relevan dalam kancah politik Indonesia”, ungkapnya.
Bebernya, mundurnya Airlangga ini di tengah hiruk pikuk transisi politik nasional bentuk partai yang modern.
“Sikap Airlangga dan kesuksesan di pemilu dan transisi kepemimpinan yang mulus menunjukkan bahwa Golkar adalah partai yang terorganisir dengan baik dan mampu menghadapi tantangan besar. Hal ini dapat meningkatkan citra Golkar sebagai partai yang stabil dan profesional”, bebernya.
Selain itu, keputusan Airlangga untuk mundur menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menjaga fokus dalam tugas – tugas pemerintahan.
“Sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga menghadapi tantangan besar dalam memulihkan ekonomi pasca – pandemi, memperkuat daya saing industri Nasional, dan memastikan keberlanjutan pembangunan ekonomi”, tandasnya.
Ia pun berpendapat, sosok Airlangga adalah Negarawan Sejati dengan memfokuskan energinya sepenuhnya pada tugas dan kepentingan Negara.
“Airlangga dapat memberikan kontribusi maksimal bagi kemajuan negara, sebuah prioritas yang lebih penting dari sekadar mempertahankan kekuasaan di partai”, cetusnya.
Ia juga menegaskan, keputusan Airlangga ini juga mencerminkan pengakuan bahwa kepemimpinan partai dan pemerintahan membutuhkan perhatian penuh dan dedikasi yang tidak terbagi.
“Dengan melepaskan salah satu peran, Airlangga memastikan bahwa dirinya dapat berfungsi secara optimal dalam kapasitasnya di pemerintahan, tanpa teralihkan oleh dinamika politik internal partai. Ini adalah langkah bijak yang menunjukkan kedewasaan politik dan komitmen untuk melayani negara dengan sebaik-baiknya”, ungkapnya.
Baginya, mundurnya Airlangga juga bisa dilihat sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk membangun Golkar menjadi partai yang lebih modern dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
“Dengan memimpin transisi yang terencana dan terstruktur, Airlangga memberikan teladan bagi kepemimpinan yang matang dan bertanggung jawab. Langkah ini akan mendorong Golkar untuk terus berinovasi dalam kebijakan dan pendekatannya, menjaga relevansi di tengah perubahan lanskap politik yang sangat dinamis”, pungkasnya.
(Kelana Peterson)