(MBN) Sebelum menjalankan ibadah puasa ramadan, umat Islam dianjurkan melakukan sahur.
Supaya tidak melewati batas waktu sahur dibuat jadwal imsak yang jaraknya 10 menit sebelum adzan subuh.
Jadwal imsakiah terus mengalami perkembangan hingga menjadi suatu kebutuhan penting saat Ramadan tiba, terutama di Indonesia.
Bagaimana asal-usul imsak?
Imsak agaknya kerap dianggap batas akhir waktu sahur, sehingga dilarang makan dan minum. Mengutip NU Online, menurut Syekh Bakri Syatha, masa imsak masih diperbolehkan melanjutkan bersantap hidangan sahur, sebab waktu imsak dibuat para ulama untuk kehati-hatian.
Imsak itu seperti lampu warna kuning, Itu berarti peringatan akan berakhir waktunya sahur. Tapi bukan berarti bahwa saat imsak mutlak diharamkan makan minum. Kata Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jatim, Yusuf Suharto
Imsak telah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad, meskipun tidak resmi nama khusus. Itu merujuk hadis yang riwayat Al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad melalui Anas bin Malik dari Zaid bin Tsabit: Sahabat Zaid bin Tsabit radiallah.
“Dahulu kami bersahur bersama Nabi Muhammad kemudian beberapa saat beliau salat subuh.” Anas bin Malik bertanya, “Berapa jeda waktu antara azan dengan sahur?” “Kira-kira rentang waktu membaca 50 ayat,” jawab Zaid bin Tsabit.
Sejumlah ulama menyimpulkan, 50 ayat itu perkiraan sepuluh menit. “Karena itulah imsak adalah sepuluh menit sebelum subuh,” ungkap Yusuf Suharto Seperti dikutip dari laman Tempo.co
Pada 1937, jadwal imsakiah dibuat variatif tak hanya waktu imsak. Jadwal imsakiah memberikan informasi puasa dan zakat fitrah, juga ayat-ayat Al-Qur’an, doa, bacaan pagi dan sore. Jadwal imsakiah itu dibagikan kepada orang-orang yang lalu-lalang berjalan.