Satu lagi festival film bertaraf internasional, setelah sebelumnya Balinale Internasional Festival Film. Kali ini dari anak bangsa, menggagas Festival Film bersekala Internasional dengan label Bali Makarya Film.
“Bali Makarya Film digagas dan dilaksanakan oleh 100 persen anak negeri, tanpa mengenyampingkan festival yang sudah ada,” ujar Tommy F Awuy, Dewan Pengarah, Penggagas Bali Makarya Film ketika bincanh dengan penulis Di
Chez Gado-gado Resto & Cafe, Seminyak Bali. Senin (16/8/2022)
Bali Makãrya Film Festival 2022 yang akan berlangsung pada 16 – 21 Oktober 2022 ini terdiri dari
rangkaian kegiatan berupa kolaborasi seni dalam lima bidang utama antara lain; film, musik,
sastra, teater, dan keunikan nilai-nilai budaya sebagaimana lima fenomena unsur alam semesta
yang berkaitan langsung dengan lima jari manusia pada tangan dan kaki.
Mendukung festival ini, Direktur Perfilman, Musik, dan Media (Direktur PMM) Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Ahmad Mahendra,menegaskan
Kemendikbudristek berkomitmen untuk terus mendukung berbagai festival yang diinisiasi komunitas sebagai bentuk apresiasi terhadap karya anak bangsa.
Menurut Mahendra, film merupakan salah satu hasil cipta rasa dan karsa yang bukan semata
menjadi upaya pemenuhan kehidupan, melainkan pula daya kekayaan manusia. Peran film penting sebagai media hiburan, penggerak ekonomi, pariwisata, dan juga sebagai media untuk
mensosialisasikan isu-isu kehidupan sosial, sehingga terbukanya dialog di antar masyakarat melalui bahasa audiovisual.
“Bali Makãrya yang selama dua tahun ini telah berhasil menggeliatkan kembali sineas Indonesia agar terus meningkatkan kualitas sehingga mampu bersaing tidak hanya di tingkat nasional tapi
juga internasional,” kata Direktur PMM saat bincang -bicang bersama awak media pelan lalu.
Untuk itu, lanjut Mahendra, “Segala upaya dalam memajukan dunia perfilman perlu didukung.
Karena peran film sebagai salah satu bentuk kesenian yang paling mudah diterima oleh
masyarakat.”
Dewan pengarah sekaligus pendiri dan penggagas Bali Makãrya Film Festival, Tommy F Awuy,
mengatakan bahwa festival ini bertujuan mengembangkan apresiasi dan juga melahirkan
profesional-profesional di bidang film. Pertukaran budaya dengan negara-negara lain dan
berjejaring secara profesional.
Bali Makãrya juga ingin menjadikan Bali sebagai sentra (hub) atau kiblat yang ideal untuk festival festival film terpenting khususnya di Asia Tenggara.
“Penting juga disampaikan bahwa sebutan Bali dalam hal ini bukan saja bermakna sebagai teritori
administratif Provinsi Bali dan bukan pula representasi dari suku bangsa Bali, tetapi Bali adalah
perwakilan dari satu ‘kesatuan rasa’ berkebangsaan Indonesia dan warga dunia. Memasuki masa
pascapandemi Covid-19, sudah saatnya Bali sebagai satu ‘kesatuan rasa’ mulai melangkah
bergerak untuk menghasilkan karya yang laik dipersembahkan untuk kemanusiaan dan lingkungan,”
pungkas Tommy F Awuy. (Kelana/Buyil).