Mitra Banten News | JAKARTA — Coach Rheo, pakar hilangkan trauma pertama di Indonesia, raih penghargaan Emerging Award dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dalam Festival Karya Cipta Indonesia. Acara ini merupakan momen penting bagi dunia psikologi Indonesia.
“Penghargaan dari HIMPSI ini bukan sekedar mengukuhkan posisi saya sebagai inovator dalam psikologi, tetapi menandai era baru dalam penanganan kesehatan mental,” ujar Coach Rheo. Senin (30/92024).
Penghargaan ini diberikan atas kontribusinya melalui sistem DOA Physiopsychotherapy, sebuah metodologi inovatif untuk menghilangkan beban emosi traumatik secara menyeluruh. Metode ini diakui sebagai karya cipta asli Indonesia dengan dampak positif signifikan bagi masyarakat.
Mengubah Paradigma Konvensional
Divine Oracular Assistance (DOA), sistem ini, kata Coach Rheo, berbeda dengan pendekatan konvensional yang umumnya menekankan penerimaan atau pengendalian emosi negatif akitbat trauma.
“Kami menawarkan pendekatan di mana beban emosi traumatik bisa dihilangkan secara sistematis, konsisten, permanen, dan terukur,” tegasnya.
Coach Rheo juga menangani berbagai masalah psikologi para artis ternama. Nama-nama seperti Sophia Latjuba, Shandy Aulia, Karina Salim, Nisya Ahmad, Maya Septha, Aliando Syarief, Ozzy Syahputra, Yati Surachman, Sarwana Thamrin Warna, Fadly Jackson dan Barbie Kumalasari, adalah beberapa deretan para artis papan atas yang pernah ditangani Coach Rheo.
Termasuk juga Tigris Valerie, Emily Young, Gendis Dewanti Miss polo Internasional, Boy Tirayoh, Nobu, Roy Kiyoshi, Hud Filbert, Wenny Sukamto, Hanna Boone, Yunda Pratiwi, Bobby Saputra, ArDesy Natalia, dan masih banyak lagi.
Rheo menegaskan bahwa DOA efektif dalam menuntaskan berbagai kasus trauma, termasuk pelecehan seksual, fobia, dan gangguan stres pascatrauma, bahkan semenjak pertemuan pertama.
“Metode ini memungkinkan individu melanjutkan hidup tanpa terus dibayangi masa lalu,” ujar salah satu pendiri Yayasan Konseling Harapan Indonesia (YAKHIN) ini.
Ketika Coach Rheo tampil dalam podcast di akun YouTube Hermanto Tanoko, dia sempat ditanya oleh salah satu orang terkaya di Indonesia tersebut, bagaimana Rheo sampai dijuluki sebagai pakar trauma nomor 1 di Indonesia.
“Pakar trauma mungkin banyak. Mereka dapat menjelaskan trauma itu apa dengan berbagai teori pendukung. Namun untuk pakar menghilangkan trauma baru ada satu satunya saya. Karena semua percaya trauma tidak bisa hilang. Sementara saya menemukan hal yang berbeda,” papar Coach Rheo.
Coach Rheo menegaskan, empirisme dilapangan menampilkan, bahwa trauma bisa dihilangkan secara konsisten. Rheo juga menyampaikan contoh proses menghilangkan trauma dia dokumentasikan di kanal Youtube @doaintothelight. “Agar semua orang bisa melihat, bahwa trauma bisa hilang secara konsisten,” tegasnya.
Selain itu, DOA Physiopsychotherapy membantu mengatasi stres, depresi, psikosomatik, overthinking, insomnia, dan berbagai masalah emosi lainnya dengan pendekatan holistik yang berfokus pada proses menghilangkan bebannya secara menyeluruh.
Visi Global: Indonesia untuk Dunia
Coach Rheo berharap sistem DOA dapat dikenal secara global dan mengubah kehidupan banyak orang.
“Emosi negatif terkait trauma tidak lagi harus diterima atau dikendalikan, tetapi bisa sepenuhnya dihilangkan dari dalam jiwa seseorang,” ujar pria yang mendapat pengakuan sebagai Trainer, dan NLP Meta Master Practitioner of Neurosemantics, (International Institute of Neurosemantic, North Carolina USA) ini.
Setelah pengalaman 10 tahun menangani berbagai kasus, sistem DOA diperkenalkan Rheo sejak 2020, sistem ini telah menarik minat banyak individu dan profesional yang menerapkan metode DOA dalam berbagai konteks, menunjukkan efektivitasnya dalam mencapai kesejahteraan mental.
Menuju Revolusi Kejiwaan
Dengan penghargaan dari HIMPSI, Coach Rheo melihat ini sebagai langkah awal menuju revolusi dalam bidang kesehatan mental. Pihaknya akan terus berkomitmen mengembangkan dan menyebarluaskan sistem DOA agar lebih banyak orang dapat merasakan manfaatnya.
“Ini adalah tonggak penting untuk mencapai ‘stage of liberation’—kemerdekaan seutuhnya dari beban emosi dalam jiwa,” tutup pria kelahiran Jakarta, 23 Maret 1983 ini.
(Kelana Peterson)