Mitra Banten News | SERANG – Organisasi Mahasiswa DEMA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) terus menggenjot program – program kemahasiswaan. Salah satunya yang dilakukan berhasil mengelar Pelatihan Pengembangan Kepemimpinan Mahasiswa (PPKM) dengan tema “Terbentuknya Pribadi Muslim Mahasiswa yang Memiliki Jiwa Kepemimpinan Inklusif”.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, 8-9 November 2024 di Auditorium Lantai 3, Gedung A FTK. Peserta kegiatan adalah 160 orang mahasiswa dengan narasumber yang berasal dari Sekretaris DPRD Kota Serang, Akademisi, Tokoh Pemuda, dan Aktifis Mahasiswa.
Sekretaris DPRD Kota Serang H. Ahmad Nuri, S.H., M.Si., yang turut hadir memberikan sambutan serta menyampaikan pesan pentingnya mengenai peran mahasiswa yang tidak hanya terbatas pada ranah akademis, tetapi juga harus aktif dalam berorganisasi dan berkontribusi dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial.
“Mahasiswa harus menjadi agen perubahan yang mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan di lingkungan sekitar,” ujar H. Ahmad Nuri
Selain itu, H. Ahmad Nuri mengungkapkan bahwa mahasiswa memiliki tiga fungsi penting, pertama adalah pendidikan bagaimana mahasiswa harus menjadi sumber pengetahuan dan pendidikan yang mencerahkan. Kedua, Agent of Change dalam mahasiswa harus menjadi agen perubahan yang dapat menggerakkan masyarakat menuju kemajuan. ketiga, Iron Stock mahasiswa merupakan cadangan pemimpin masa depan yang akan menentukan arah bangsa.
Kemudian, H. Ahmad Nuri juga menjelaskan mengenai konsep kepemimpinan inklusif dimana kepemimpinan inklusif tidak hanya mampu menggabungkan berbagai perspektif dan latar belakang, tetapi juga harus mampu mengelaborasi antara teori akademik dengan analisis sosial yang tajam.
“Kepemimpinan yang inklusif juga harus mampu membawa perubahan yang signifikan di tengah keberagaman yang ada,” jelasnya.
Lanjut, H. Ahmad Nuri memperkenalkan tiga tipe intelektual yang perlu dimiliki oleh mahasiswa untuk menjadi pemimpin yang efektif dan bermanfaat bagi masyarakat, yakni pertama Intelektual Organik merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dari hulu hingga hilir, bahkan dalam konteks yang lebih kompleks.
Intelektual organik tidak hanya memahami ilmu, tetapi juga merasakan kepedihan dan penderitaan masyarakat. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap kondisi sosial yang ada di sekitar mereka.
Kedua, Intelektual Tradisional mereka yang hanya merasa cukup dengan pengetahuan yang mereka miliki dan tidak merasa tergerak untuk memperbaiki atau memperhatikan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih fokus pada kepentingan pribadi dan kurang peka terhadap perubahan sosial yang diperlukan.
Ketiga, Intelektual Elitis orang yang merasa pintar dan memiliki banyak pengetahuan, tetapi secara sosial mereka kurang peduli dengan kondisi masyarakat. Pengetahuan yang dimiliki hanya bersifat teoretis dan tidak berorientasi pada pemecahan masalah nyata di lapangan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua DEMA FTK Muhamad Marjuki menyampaikan bahwa tujuan diadakannya kegiatan PPKM ini ialah untuk lebih membuka pemikiran mahasiswa FTK dalam memahami perannya dan mampu menganalisis segala problematik pendidikan dan bagaimana kondisi pendidikan hari ini untuk lebih mengembangkan kepemimpinan dalam jiwa mahasiswa FTK, sehingga bisa membuka nalar kritis mahasiswa FTK untuk lebih tau dan paham bahwa kepemimpinan itu amatlah penting bagi pendidikan itu sendiri.
“Acara ini tentu menarik karena mendatangkan para narasumber yang berkompeten dibidangnya, yakni ranah pendidikan, kepemimpinan, strategi organisasi dan kehidupan sosial,” tuturnya.
Marjuki mengungkapkan harapan DEMA FTK melalui kegiatan ini, agar mahasiswa FTK bisa mengembangkan jiwa kepemimpinan yang inklusif, mampu mengintegrasikan ilmu akademik dengan pemikiran analitis yang tajam, memahami segala hal dalam lingkup pendidikan serta memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan bangsa.
Menurut Uki, acara ini tidak hanya memberikan teori kepemimpinan, tetapi juga kesempatan untuk berinteraksi dan berbagi pengalaman dengan para narasumber, serta meningkatkan keterampilan soft skills yang sangat dibutuhkan dalam dunia profesional.
“Dengan berbagai materi yang disampaikan, diharapkan para peserta lebih siap menjadi pemimpin yang bijak, peduli, dan mampu membawa perubahan positif di tengah masyarakat,” tuturnya.
Uki menilai PPKM 2024 menjadi langkah penting dalam membentuk karakter mahasiswa yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan kepemimpinan yang berbasis pada nilai-nilai inklusivitas, keadilan sosial, dan empati terhadap sesama. Dan mahasiswa FTK bisa membuka pikiran tentang dunia pendidikan antara peluang dan tantangannya apalagi di zaman ini di era 5.0. (RED/Danil)