LEBAK, (MBN) – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten melakukan konservasi di lahan-lahan kritis melalui gerakan tanaman pohon keras untuk pelestarian lingkungan alam.
“Kita melakukan gerakan tanam sebanyak 6.000 pohon tanaman keras,” kata Kepala Bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lebak Dasep di Lebak, Selasa. (1/2/2023)
Gerakan tanaman keras tersebut untuk menjaga konservasi agar tidak menimbulkan lahan kritis yang bisa menimbulkan bencana alam, seperti banjir longsor hingga pergerakan tanah.
Mereka melakukan gerakan tanam di lahan kritis, seperti hutan gundul, kanan kiri sungai, (Kakisu) dan dan kanan kiri jalan (Kakija).
Saat ini, lahan kritis di Kabupaten Lebak perlu dilakukan reboisasi, sehingga memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia dan ekosistem lainnya.
Namun, sebaliknya jika konservasi lahan itu kritis dipastikan bisa menyebabkan bencana alam.
Kami berharap dengan gerakan tanam itu bisa menjaga kelestarian alam,” papar Dasep.
Ia mengatakan, gerakan tanaman keras sebanyak 6.000 pohon itu di antaranya pohon mahoni, albasia, trembesi jati, sukun, petay dan buah-buahan.
Penanaman pohon itu melibatkan kelompok sadar wisata (Pokdarwis), pondok pesantren, sekolah, komunitas lingkungan dan kelompok masyarakat.
Mereka melakukan gerakan tanam di lahan konservasi sehingga tetap lestari, hijau dan tidak terjadi kerusakan.
Bahkan, pihaknya belum lama ini melakukan gerakan reboisasi penghijauan di Citorek yang merupakan kawasan hulu.
“Kami berkomitmen untuk menjaga kelestarian alam agar tidak kritis lahan konservasi itu,”ungkapnya.
Ia mengatakan, pemerintah daerah sangat komitmen dan memperhatikan lingkungan, karena Kabupaten Lebak sebagai daerah hulu di Provinsi Banten, sehingga perlu dilakukan penghijauan dan reboisasi.
Komitmen itu, kata dia, semua pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak jika mutasi dan pensiun wajib menyumbangkan pohon untuk ditanam di lahan kritis.
Untuk jabatan eselon II dengan menyumbangkan lima pohon, eselon III sebanyak empat pohon dan eselon IV tiga pohon.
Saat ini, kata dia, jumlah pohon bantuan dari pegawai itu sebanyak 9.000 pohon.
“Dari 9.000 pohon itu kini sebanyak 6.000 pohon sudah didistribusikan ke berbagai elemen masyarakat dan kelompok wisata,” ujarnya.
Sementara itu, komunitas masyarakat Kabupaten Lebak Sukanta mengaku gerakan tanam itu untuk mencegah kerusakan lahan konservasi , sehingga dapat memberikan kemaslahatan hidup bagi manusia dan ekosistem lain.
“Kami menanam pohon di aliran sungai untuk pelestarian alam,” imbuh Dasep.
(Dede Mulyana)