SERANG, (MBN) – Perilaku buang air besar sembarangan (BABS) masih terjadi di Indonesia. Di sejumlah daerah, masyarakat masih BABS di kali atau sungai.
Berdasarkan data Joint Monitoring Program WHO/UNICEF 2014, sebanyak 55 juta penduduk di Indonesia masih berperilaku BABS. Mereka pun bisa mandi dan mencuci pakaian di sungai yang sama. Akibatnya, mereka rentan terkena penyakit diare. Selain diare, balita mudah terserang pneumonia dari pencemaran tinja melalui udara. Untuk menekan angka kematian akibat diare ini, semua pihak harus sadar dan bersegera membuat sanitasi termasuk toilet yang sehat. Demikian disampaikan Anwar Sidiq, Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada Dinas Kesehatan Provinsi Banten, saat menggelar sosialisasi Stop BABS di kantor Kelurahan Drangong, Kecamatan Taktakan Kota Serang. “Ini selaras dengan program STBM yang dicanangkan oleh pemerintah,” ucapnya.
Untuk itu, dia menghimbau, kepada masyarakat untuk lebih sadar akan kebersihan sanitasi. Sebab, menurutnya, Stop BABS akan memberikan banyak manfaat bagi masyakarat, antara lain menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak berbau. Selain itu, katanya, pencemaran terhadap sumber air dapat terhindar, sehingga dapat dijadikan sumber air baku untuk keperluan sehari-hari. “Dengan tidak melakukan BABS, kita juga dapat terhindar dari segala macam penyakit menular, yang biasa dibawa oleh serangga dan binatang yang biasa hidup di kotoran,” paparnya.
Sementara itu, Ishak Sidiq dari Komisi V DPRD Provinsi Banten, yang turut dalam kegiatan tersebut, mengatakan bahwa pihaknya akan terus mengawal program ini, agar manfaatnya dapat betul-betul dirasakan masyarakat. Untuk itu, dirinya meminta kepada masyarakat untuk turut berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar. “Kita akan terus mendoronga program ini, agar perilaku BABS ini dapat berkurang secara signifikan. Tentunya yang akan merasakan manfaatnya kita semua,” ucapnya.
Hal senada disampaikan Lurah Drangong, Slamet Santosa, Kata dia, dengan terus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, dapat meminimalisir penyebaran penyakit di lingkungan masyarakat.
Selaras dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah, kata Slamet, pihaknya memiliki program arisan Mandi Cuci Kakus, yang bertujuan membantu pembangunan MCK bagi masyarakat secara bergilir. “Alhamduliah berkat program ini, jumlah masyarakat yang tidak memiliki MCK pribadi sudah berkurang cukup banyak. Saat ini hanya sekitar 60 KK saja yang belum memilik MCK pribadi,” pungkasnya. (Adv)