Mitra Banten News | JAWA BARAT – Inklusivisme merupakan salah satu jalan untuk membangun peradaban toleransi. Bangsa Indonesia dengan beragam suku, budaya, dan agama meniscayakan semua pihak harus saling menjaga toleransi. Aspek paling penting dalam toleransi adalah kehendak kuat untuk memahami pihak lain tanpa kehilangan jatidiri sendiri.
Demikian antara lain pandangan yang dikemukan Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan Eddie karsito, pada acara Peringatan 1 Syuro /1 Muharam 1446 H, yang digelar di Masjid Rahmatan Lil Alamin Pondok Pesantren Al Zaytun Indonesia, Indramayu Jawa Barat, Minggu (07/07/2024).
“Adanya Pondok Pesantren Al Zaytun Indonesia serta berdirinya masjid Rahmatan Lil Alamin yang megah ini merupakan berkat yang wajib kita syukuri. Kegiatan hari ini secara faktual telah menjadi perekat persaudaraan dalam keberagaman. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya sejumlah tokoh lintas agama dan tokoh-tokoh lainnya,” ujar Eddie Karsito dalam pidatonya.
Pondok Pesantren Al Zaytun Indonesia, lanjut Eddie Karsito, bukti nyata sebuah lembaga pendidikan berbasis agama yang menyadari pentingnya inklusivisme agama.
“Membangun sikap toleran membuka visi dan cakrawala lebih luas. Mampu melintas batas kelompok, etnik, tradisi dan budaya, sehingga mampu menghadirkan wajah kemanusiaan yang sesungguhnya. Role model inklusivisme penduduk bumi manusia global,” ujar penggiat budaya, yang juga aktor film dan wartawan ini.
Berpidato di depan jamaah tidak kurang dari 10.000 orang yang memadati masjid agung Rahmatan Lil Alamin berkapasitas 150 orang ini, Eddie Karsito menyampaikan, bahwa kekuatan Pondok Pesantren Al Zaytun Indonesia meliputi semua lini dan sektor.
“Sebuah lembaga pendidikan berbasis agama yang dapat menjadi role model menjadi inspirasi, motivasi dan mengedukasi, baik internal bagi para guru, santri, civitas akademika, maupun eksternal masyarakat lebih luas,” ungkapnya.
Peringatan 1 Syuro /1 Muharam 1446 H yang diselenggarakan Pondok Pesantren Al Zaytun Indonesia ini dihadiri para tokoh masyarakat dari dalam negeri, serta para utusan dari berbagai Negara, Malaysia, Singapore, dan Brunei Darussalam.
Tampak hadir Mayor Jenderal TNI (Purn) Kivlan Zen, Pangeran Nata Adiguna Mas’ud Thoyib Jayakarta Adiningrat Pengageng Kedaton Jayakarta, Anggota Pembina Yayasan Pesantren Indonesia Ustad A.F. Abdul Halim, Ketua Umum Panitia Ustad Eji Anugerah Romadhon, dan tokoh lainnya.
Tampil tokoh-tokoh lainnya memberi sambutan, antara lain; cendekiawan, ulama, tokoh lintas agama (Islam, Kristen, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu), serta tokoh penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia, dan utusan lainnya.
Hadir juga Iwan Burnani Toni (Ketua Dewan Pembina), I Gusti Made Ardikabudi (Fasilitator Bidang Kreatif dan Usaha), dan Abdi Rizal (Fasilitator Bidang Sosial dan Rumah Tangga) Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan.
Ditanya wartawan pada gelar jumpa pers, mengenai kesan dan pesannya terhadap kegiatan Peringatan 1 Syuro /1 Muharam 1446 H, dan keberadaan Pondok Pesantren Al Zaytun Indonesia, Eddie Karsito menyampaikan, terima kasih telah diundang dan satu kehormatan diberi kesempatan tampil menyampaikan pandangannya.
“Terima kasih telah diundang dan satu kehormatan diberi kesempatan tampil menyampaikan pandangan. Ini untuk pertama kali saya mengunjungi Pondok Pesanteran Al-Zaytun Indonesia yang representatif. Sebelumnya saya hanya tahu dari media massa dan media sosial,” ujarnya.
Eddie Karsito berharap dapat bertemu langsung pimpinan pondok, yang amat berhormat Syaykh Al-Zaytun Prof. Dr. Abdusalam Rasyidi Panji Gumilang dan Ketua Yayasan Pesantren Indonesia Sir Datuk Imam Prowoto.
Namun Syaykh Prof. Dr. Panji Gumilang sedang menjalani masa hukuman karena dinyatakan bersalah atas kasus penodaan agama, dan Sir Datuk Imam Prowoto, sedang dalam perawatan di rumah sakit di Jakarta.
Eddie Karsito mendoakan agar Syaykh Panji Gumilang diberi kesehatan dan ketabahan menjalani cobaan, serta Sir Datuk Imam Prowoto segera sembuh, sehat dan kembali dapat menjalankan amanah memimpin lembaga yang sedemikian besar.
“Orang dapat memenjarakan fisik kita, tapi tidak untuk pikiran dan spirit kita. Merdeka roh, merdeka pikir dan merdeka ilmu, itulah yang Syaykh Panji Gumilang ajarkan,” ungkapnya.
Pondok Pesanteran Al-Zaytun Indonesia, kata Eddie Karsito, tidak hanya mendidik dan mendorong para santri, guru dan civitas akademika menjadi seorang intelektual (agamis yang moderat), melainkan juga membangun pertanian.
Hal ini sesuai dengan visi ajaran Islam yang mengajarkan tiga aspek pada diri manusia, yaitu spiritual, intelektual, dan profesional, agar dikembangkan secara seimbang.
“Islam memandang bahwa ketahanan pangan merupakan salah satu maqashid syariah; tujuan syariat. Hal ini penting untuk mewujudkan swasembada pangan dan diversifikasi pangan sebagai landasan terciptanya kemandirian pangan,” ujar Eddie Karsito.
Eddie Karsito menyayangkan akses jalan yang buruk menuju Pondok Pesanteran Al-Zaytun Indonesia. Hal ini menurutnya perlu mendapat perhatian Pemerintah setempat (Kabupaten Indramayu atau pemerintah provinsi Jawa Barat dan Pusat).
Pengelola Pondok Pesanteran Al-Zaytun Indonesia bersama Pemerintah Pusat dan Daerah, kata Eddie karsito, perlu memberdayakan pondok pesantren ini sebagai destinasi wisata berbasis religi; pendidikan, pertanian, seni, dan budaya.
“Menyatukan semua komponen triple helix; akademik, bisnis atau pengusaha dan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk bersama-sama menggerakkan ekonomi kreatif melalui sebuah pondok pesantren yang mungkin satu-satunya di Indonesia,” ungkapnya. (Kelana Peterson)