Mitra Banten News | SERANG – Perjuangan merebut kemerdekaan tidak pernah lepas dari sejarah keterlibatan pemuda. Surabaya menjadi menjadi saksi bisu pertempuran bersejarah, menghadapi tantangan besar ketika pasukan Sekutu mendarat pada Oktober 1945.
Sekutu yang awalnya bertujuan melucuti tentara Jepang, pasca dinyatakan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, ternyata membawa agenda tersembunyi. Mereka membonceng NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang berniat mengembalikan kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia.
Hal inilah yang memicu kemarahan rakyat Surabaya. Para pemuda merumuskan perlawanan dengan merebut kembali wilayah-wilayah yang mulai dikuasai tentara sekutu.
Bung Tomo, melalui radio menyerukan perlawanan, serta mengobarkan semangat perlawanan rakyat Surabaya terhadap penjajahan tentara sekutu.
Dengan semangat nasionalisme yang membara, pemuda Indonesia memanjat dan merobek warna biru bendera tersebut, menyisakan merah putih berkibar di Hotel Yamato, sebagai bentuk perlawanan terhadap kelakuan tentara Belanda yang mengibarkan bendera triwarna Belanda di atap hotel. Peristiwa inilah yang menjadi ikon perlawanan pemuda Indonesia di Surabaya dan dikenang dalam peristiwa 10 November 1945, sebagai hari Pahlawan.
Sejarah heroik ini harus menjadi pemicu semangat seluruh pemuda Indonesia untuk terus merawat kemerdekaan.
Semangat pemuda harus terus dipekikan diseluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, bahwa pemuda harus memiliki peran untuk membangun, menjaga dan mengisi kemerdekaan yang diwariskan dengan penuh cinta dan semangat kebangsaan. Mewujudkan keadilan sosial dan pemerataan pembangunan. Ini adalah salah satu pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan oleh para pemuda.
Itu sebabnya, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) menjadikan pembangunan desa sebagai kunci utama kebangkitan bangsa dan negara menuju Indonesia Emas.
Pemuda Bangun Desa yang dicetuskan KNPI adalah salah satu upaya nyata untuk mengatasi ketimpangan dengan pola pemberdayaan Indonesia dari akar rumput.
Dalam rangka mengatasi ketimpangan, maka para pemuda wajib memahami kompleksitas kehidupan berbangsa dan negara, itu semua hanya dapat diperoleh dari desa. Sebab, dari desa kita dapat mengenal karakteristik budaya dan potensi daerah sebagai modal utama pembangunan nasional. Sebagaimana dikatakan oleh Henri Giroux, “The new illiteracy is about more than not knowing how to read the book or the word; it is about not knowing how to read the world.” Tantangan baru yang dihadapi pemuda adalah memahami kompleksitas dunia.”
Selain pembangunan desa, seluruh pemuda Indonesia juga wajib menjadi perekat bangsa, memperkokoh persatuan, dan bersama-sama menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab, dalam situasi saat ini, ancaman bisa datang dari berbagai arah, termasuk potensi disintegrasi, radikalisme, dan perpecahan sosial.
Karena itu, Pemuda Indonesia harus terus menggelorakan semangat nasionalisme dan patriotisme, menjadikannya dasar dalam setiap tindakan kita. Melalui ide-ide segar, inovasi, dan pengabdian nyata bagi bangsa, maka ini akan menjadi modal utama Pemuda merawat kemerdekaan dengan membangun desa menuju kebangkitan bangsa dan negara.
Mari kita bergerak, melangkah bersama-sama membangun negeri ini. Sebagai pemuda, kita adalah harapan bangsa, dan di tangan kita masa depan Indonesia yang lebih baik dapat terwujud. KNPI mengajak seluruh pemuda Indonesia untuk terus berjuang, menjadi perekat bangsa, dan menjaga keutuhan NKRI demi masa depan yang gemilang.