PANDEGLANG (MBN) – Komunitas Baraya Labuan menggagas Diskusi Publik Bulanan sebagai media pengembangan nalar dan pengetahuan di Labuan. Diskusi Publik Bulanan tersebut memiliki fungsi sebagai tempat berkumpul, bersilaturahmi, dan diskusi bagi para warga.
Penggagas, Basith Djoma menjelaskan, Diskusi ini bertujuan untuk memberikan informasi apapun tentang Labuan khususnya kepada khalayak, agar lebih mengenal ide, gagasan, harapan, dan mimpi sebuah kota kedepan. Sekaligus upaya untuk meneguhkan dan mempromosikan ‘gagasan’ Labuan kedepan.
“Silakan datang, kita ngeriung, ngopi, sambil diskusi” katanya, Selasa (08/6).
Dikatakan Basith Djoma, diskusi publik bulanan ini adalah upaya Komunitas Baraya Labuan untuk menguatkan kembali pentingnya sebuah gagasan yang akan berujung pada kemaslahatan bersama bagi warga Labuan dan sekitarnya.
Gagasan diskusi ini adalah tentang ‘keseriusan’ para pemangku kepentingan di Labuan. Misal, bagaimana mereka bicara lingkungan dan kedaerahan yang tidak bisa dipungkiri lagi serta tetap akan menjadi gagasan bersama untuk memperkuat kebersamaan.
Tentu publik menyandarkan harapannya pada gagasan bersama ini agar Labuan tetap terawat dengan nilai-nilai kearifan lokal yang ada.
Penggagas lainnya, Eko Supriatno menjelaskan, persoalan yang dihadapi kota Labuan hari ini barangkali juga adalah apa yang dialami oleh berbagai kota di Indonesia.
“Kehidupan kota membutuhkan diskusi, diskusi-diskusi yang membicarakan kehidupan berkota. Labuan butuh ruang sosial dan daya dukung ekologi kota. Masa depan kehidupan kota yang lestari membutuhkan kebersamaan warga. Selain itu juga dibutuhkan nalar dan pengetahuan agar warga dapat mengurai sekaligus memecahkan persoalan kehidupan kota secara bersama-sama”. Ujar Eko.
Selain itu diskusi harus dibarengi ‘ngopi’ karena dengan ‘ngopi diskusi’ bisa cair suasana, dengan cair suasana mudah-mudahan warga tergugah untuk ikut mengembangkan ruang bersama (common space) untuk menghadapi kompleksitas kehidupan kota.
“Yuk, ajak warga untuk diskusi, ngopi, bersolidaritas, dan bersuara. Yu, kita geser kongkow tak berguna menjadi percakapan-percakapan yang berkualitas. Kota Labuan sekarang sedang butuh-butuhnya budaya ngobrol, omong-omongan, dialog, ngopi bareng untuk mencari solusi” ungkap Eko yang merupakan akademisi UNMA Banten
Eko menambahkan Kehidupan kota labuan membutuhkan kebersamaan agar narasi dan identitas kehidupannya tidak tercerabut dari akarnya. “Tanpa keterlibatan warga, kehidupan berkota akan kehilangan ‘spirit’-nya. Jadi tunggu apalagi, mari menghidupkan kembali budaya ngopi, diskusi dan solusi” ucap eko
“Sambil ‘tabayyun’ tentang perbedaan dan persamaan kita, beda pilihan tetep babarayaan, sebenarnya sangat cocok dan sesuai dengan tagline Baraya Labuan, akur jeng dulur, heman ka baraya” pungkasnya (ibo)