Mitra Banten News | SERANG – Kabupaten Tangerang yang telah menjadi juara umum MTQ ke-XX sebelumnya pada tahun 2023 lalu, kyai Suja’i, selaku Pembina dan juga dewan hakim di MTQ XXI Propinsi Banten Tahun 2024 ini memaparkan ” Dengan kita selalu membina peserta peserta putra putri daerah dan hasil daripada binaan kita setiap bulannya untuk mencari bibit yang berkualitas agar tercapai keinginan menjadi juara umum”.
“Kita mencari bibit bibit berkualitas, agar menjadi juara umum yang ke 3 kali, agar piala bergilir dapat kita miliki kembali, dengan kesepakatan bersama bekerja sama dalam mencapai tujuan kita agar lebih maju lagi”. Tutur kyai suja’i.
Kabupaten Tangerang mencetak bibit bibit baru dengan berbagai metode, dengan tujuan agar menghasilkan peserta peserta yang berkualitas
“Kami sudah berbagai cara menyatukan dengan diadakan kantong kantong tempat bagian bagian tilawah, taril, qiroh, Tahfiz dan lainnya sehingga menghasilkan peserta peserta yang bagus dan berkualitas”. Tegasnya.
“Itu bisa dipastikan juara umum MTQ XXI ini diraih kembali “, Lanjut kyai Suja’i
Sebagai pembina, kyai Suja’i melakukan persiapan hampir satu tahun, ” selesai ini kita mulai lagi dari awal, boleh dikatakan sudah menjadi rutinitas menjadi kebiasaan mencari bibit bibit yang baru lagi.” Ungkapnya.
Ada 14 cabang kata kyai Suja’i, yang cabang cabang itu diantaranya ada Tartil Qur’an, Tafsir Qur’an, Qiroah dan masih banyak lagi, maka dari 14 cabang itu kita bagi perkantong kantong dan menyebar kesemuanya harus mendukung, artinya bukan hanya satu Kabupaten saja.
Kyai Suja’i juga menjelaskan, “Peserta dari Kabupaten Tangerang ada 64 Peserta dari 14 cabang tersebut harus kita isi harus melengkapi, semua cabang harus kita isi dibagian bagiannya”.
Ada 900 ponpes di Kota/Kabupaten Tangerang, menurut kyai Suja’i ada bagian bagian kampung kampung yang dikhususkan untuk membina dan menghasilkan bibit bibit baru para peserta yang sesuai dengan kemampuannya, seperti kampung Kronjo, sampai mekar baru yang khusus menghasilkan Tilawah, ada juga kampung pagebangan yang menghasilkan dari binaan binaannya adalah kaligrafi.
” Ada kampung kampung yang dikhususkan untuk binaan binaan yang dari binaan tersebut di kantong kantong, bagian bagian dikumpulkan lagi menjadi satu binaan, agar bisa memberikan masukan, kekurangan (untuk di evaluasikan kembali) “, tegasnya lagi.
“Kita cari lagi bibit bibit baru yang memiliki bakat tilawah, Tahfiz Qiraat dan lainnya”, pungkas kyai Suja’i.