BANDUNG, (MBN) – Galeri seni kontemporer Orbital Dago segera menghadirkan pameran terbarunya yang bertajuk “Mengakar” di Orbital Dago Jalan Rancakensal No : 7 Bandung Jawa Barat, pada tanggal 22 November – 11 Desember 2022 dan terbuka untuk umum secara cuma-cuma tanpa registrasi pada pukul 09:00 – 20:00 WIB.
Pamerain ini adalah sebuah pameran tunggal oleh Adikara. Bahkan, Pameran ini menjadi pameran tunggalnya yang kelima setelah sebelumnya sempat menyelenggarakan pameran tunggal di tahun 2021 dan 2022.
Tidak ingin mengulang hal yang sama seperti dua pameran tunggal sebelumnya, maka kali Adikara hadir dengan tawaran baru yaitu investigasi corak warna dan visual Batik Pesisir dan menciptakan “Batik Pesisir” versinya sendiri di atas kanvas dan kertas.
Adikara adalah seorang perupa sekaligus dosen yang berdomisili di Tangerang Selatan. Ia memperoleh pendidikan seni di Indonesia, Malaysia, dan Inggris, yang mana membawanya pada ide-ide dan gagasan eksploratif atas elemen visual dalam seni rupa.
Ia sempat menjalani profesi di bidang advertising, yang kemudian Ia tinggalkan untuk terjun ke dalam sebuah lembaga kebudayaan “Sacred Bridge Foundation”.
Di sana Ia terlibat dalam berbagai program budaya sebagai koordinator, konseptor, peneliti budaya rupa, dan anggota spesialis untuk pendidikan seni rupa. Berpijak pada kesadaran atas kuatnya pengaruh tradisi dan kebiasaan pada suatu kelompok masyarakat terhadap manifestasi karya seni yang dilahirkan, Adikara menyoroti berbagai tradisi dan budaya masyarakat di Indonesia.
Pada pamerannya kali ini, Ia lantas memilih Batik Pesisir di antara ratusan seni tradisi Indonesia lainnya sebagai titik berangkat pemikiran dan risetnya.
Pameran “Mengakar” menampilkan delapan belas (18) karya lukisan cat akrilik di kanvas dan mix media di kertas yang dibuat selama tahun 2020-2022, dan dikuratori oleh Diaz Ramadhansyah. Diungkapkan oleh sang kurator pada teks pengantar, “Dengan latar belakangnya, Adikara membaca kecenderungan dan gejala pola pada Batik Pesisir melalui pendekatan sosiologi komunikasi, semantik, budaya visual, dan estetika terapan. Ia meyakini bahwa interaksi antarmanusia dapat terjadi apabila masing-masing orangnya telah memiliki identitas. Pertemuan antar identitas tersebutlah yang akan menghasilkan kompromi maupun penolakan,” ungkapnya.
Pernyataan tersebut merujuk pada sejarah Batik Pesisir yang mengalami akulturasi dengan banyak budaya Asing seperti Cina, Arab, India, dan Portugis. Berpijak dari situ, Adikara menggunakan ilmu-ilmu yang Ia peroleh dari Barat dan dipertemukan dengan tradisi Batik Pesisir sehingga tercipta manifestasi artistik baru dengan ciri khasnya. Lukisan-lukisannya kali ini bergaya abstrak dan abstraksi dengan warna-warna cerah dan mencolok; titik-titik cat sebagai isen (isian); dan corak floral seperti pada Batik Pesisir.
Pameran ini merupakan akumulasi pengetahuan yang Ia dapatkan selama menempuh pendidikan di Indonesia, Malaysia, dan Inggris, serta pengalaman kulturalnya membaca berbagai gejala kreasi visual masyarakat tradisi di Indonesia.
Pembukaan pameran dilakukan pada hari Selasa, 22 November 2022 pukul 15:00 WIB dan diresmikan oleh Prof. Dr. Bambang Ignatius Sugiharto (Guru Besar Estetika, Universitas Parahyangan, Bandung).
D. Adikara Rachman
Adikara lahir di Bandung dan besar di Bumi Pasundan, dan mengenyam pendidikan Sarjana Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung. Ia meraih gelar Magister di UiTM Malaysia dan De Monfort University, Inggris. Pameran pertamanya dimulai pada tahun 1988 dan hingga saat ini. Karya-karyanya dikoleksi tak hanya di Indonesia tapi sampai ke Eropa, Asia, dan US. Dua pameran tunggal terakhirnya adalah “Garis Garis Saban Hari” (2021) dan “Jejak” (2022). Praktek artistik Adikara turut dipengaruhi oleh pengalaman kerja budayanya di Sacred Bridge Foundation (SBF) dan mendirikan Maros Visual Culture Initiative (MVCI). Saat ini Adikara menjadi pengajar tetap di FSRD Universitas Trisakti Jakarta dan mendirikan serta mengelola Friday Art Design Session (FADeS) di fakultas yang sama.
Diaz Ramadhansyah
Seorang kurator, penulis, dan akademisi berbasis di Jakarta. Ia meraih gelar magister seni di FSRD ITB Bandung, dengan fokus pada manajemen seni dan kekuratoran. Minat dan praktek penelitian maupun kekuratorannya tidak hanya pada seni rupa kontemporer, tetapi juga pada seni tradisi khususnya di Indonesia. Selama tahun 2022 terlibat sebagai kurator dalam pameran lukisan “Eternal Waiting” oleh Nesar Eesar, “INDIE” oleh Revoluta dan Eko Banding bersama Agung Hujatnika. Ia juga aktif menulis untuk berbagai pameran di Jakarta, Bandung, maupun Yogyakarta; membantu proyek pameran dan lelang di galeri maupun BUMN di Jakarta; berpartisipasi di kegiatan advokasi seni bersama Koalisi Seni Indonesia; serta terlibat dalam pelaksanaan Jakarta Biennale 2021: Esok.
Orbital Dago
Galeri seni kontemporer di Bandung yang bertujuan untuk memperluas wacana terkini seputar seni rupa kontemporer di Indonesia. Orbital Dago akan menghadirkan karya-karya seniman Indonesia dan internasional yang jarang atau belum pernah ditampilkan di Indonesia sebelumnya. Orbital Dago turut menyediakan platform untuk dialog artistik dan menjadi jembatan antara Indonesia dan dunia luar, mempresentasikan dan memposisikan karya seniman Indonesia dalam konteks internasional yang lebih besar. (Hari)