Ridwan Manantik seorang penggiat lingkungan, menggelar pameran tunggal di Gedung YPK, Jl. Naripan, Bandung dihelat dari 1 – 10 September 2022, mengangkat tema “Requestioning” yang lahir dari pergulatan dan kegelisahan seputar sampah yang digeluti dalam 10 tahun terakhir ini di Parung Panjang, Kab. Bogor tempat dimana ia membangun kehidupannya.
Isu sampah dalam karya lukis sebelumnya cenderung linier tapi pameran kali ini membawa sudut pandang berbeda yang bertumpu pada gagasan memaknai sampah secara kontekstual dan kritis, paling tidak berlaku untuk kehidupan sekarang ini yang makin terekspos kerumitannya.
Pada pameran tunggalnya ini, Ridwan Manantik memperluas makna sampah tidak hanya dalam arti harfiah tetapi justru mempertanyakan ulang tentang benda atau barang yang dipandang bernilai yang seketika bisa berubah menjadi sampah, apakah persoalan sampah itu karena masalah pola pikir dan pola tindak manusia? Apakah karena soal tempat dimana barang itu diletakan atau memang dipandang tak berfungsi lagi? Dengan perenungan yang mendalam itu Ridwan Manantik memandang bagaimana manusia mengkonstruksi nilai pada barang dan sampah secara bersamaan kemudian menuntun keberanian dirinya untuk menghadirkan sejumlah objek yang dipandang berharga di karya-karyanya seperti potongan citra dari karya Yayoi Kusama dan Andy Warholl, medali, boneka, mainan anak-anak dan lainnya berada di tengah tumpukan sampah.
Penyatuan objek itu menjadi nampak satir, kontradiktif, dan ambigu yang menunjukkan suatu permainan tegangan nilai- nilai yang terbaca lugas mudah dikenali naratif dan representasional seperti yang telah dikerjakan sejak 36 tahun lalu.
Untuk memperkuat isu yang diangkat cara pajang pun digubah tidak seperti biasanya dimana lukisan berukuran cukup besar hanya disandarkan ke dinding beberapa yang ukurannya kecil tergeletak di lantai atau hanya disimpan di atas kursi.
Cara ini seolah menunjukkan sisi lain perilaku manusia mengkonstruksi nilai yaitu peduli seperlunya atau sepenuhnya abai seperti ketika berhadapan dengan barang penting yang disetarakan dengan sampah atau sebaliknya. Cara pajang seperti itupun menjadi bagian dari kritik yang dikonseptualisasi.
Bagaimanapun pameran “Requestioning” punya daya ganggu menarik perhatian selain untuk direnungkan.