Mitra Banten News | SERANG – Melalui Proses Design Thinking
Pekerja informal memiliki peran besar dalam perekonomian Provinsi Banten, yang dikenal sebagai salah satu pusat industri di Indonesia. Namun, mereka sering kali menghadapi risiko ketidakpastian ekonomi, mulai dari kecelakaan kerja hingga kehilangan penghasilan akibat kondisi pasar yang tidak stabil. Sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS Ketenagakerjaan memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan kepada seluruh pekerja, termasuk pekerja informal, melalui program-program jaminan sosial yang inklusif.
Pendekatan design thinking dapat menjadi strategi inovatif bagi BPJS Ketenagakerjaan untuk mengembangkan
solusi yang relevan dan berpusat pada kebutuhan pekerja informal di Banten. Design thinking memungkinkan
identifikasi masalah secara mendalam serta pengembangan solusi yang efektif melalui kolaborasi dan inovasi.
Mengapa Pekerja Informal Membutuhkan Jaminan Sosial?
Pekerja informal sering kali tidak memiliki perlindungan hukum maupun akses ke jaminan sosial. Di Provinsi Banten, banyak dari mereka bekerja sebagai pedagang, pekerja lepas, pengemudi transportasi daring, atau buruh sektor informal lainnya. Risiko yang dihadapi mencakup:
Tidak adanya perlindungan terhadap kecelakaan kerja.
Ketidakpastian penghasilan akibat fluktuasi ekonomi.
Belum memiliki jaminan hari tua atau pensiun.
BPJS Ketenagakerjaan dapat menjadi jaring pengaman yang membantu pekerja informal menghadapi risiko-risiko
tersebut melalui program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JKM),
dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).
Tahapan Design Thinking dalam Meningkatkan Layanan untuk Pekerja Informal
Pendekatan design thinking terdiri dari lima tahapan: Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test. Berikut
implementasinya dalam konteks perlindungan pekerja informal di Banten:
- Empathize
Tahap ini berfokus pada memahami kebutuhan dan tantangan pekerja informal. BPJS Ketenagakerjaan dapat
mengadakan diskusi kelompok terarah dengan komunitas pekerja informal, seperti asosiasi pedagang pasar
atau pengemudi transportasi daring. Selain itu, wawancara langsung dengan pekerja informal dapat
membantu mengidentifikasi kendala utama dalam mengakses program jaminan sosial. - Define
Setelah memahami tantangan, BPJS Ketenagakerjaan dapat merumuskan masalah utama, seperti rendahnya
kesadaran akan pentingnya jaminan sosial atau sulitnya proses pendaftaran. Masalah ini perlu dirumuskan
dengan jelas untuk menjadi dasar pengembangan solusi. - Ideate
Tahap ini melibatkan brainstorming untuk menghasilkan berbagai ide solusi. Beberapa ide yang dapat
dikembangkan antara lain:
Program edukasi dan sosialisasi jaminan sosial melalui platform digital dan komunitas lokal.
Pembuatan skema pembayaran iuran fleksibel yang sesuai dengan kondisi ekonomi pekerja informal.
Pengembangan aplikasi pendaftaran berbasis mobile yang sederhana dan mudah diakses. - Prototype
BPJS Ketenagakerjaan dapat mengembangkan prototipe solusi, seperti aplikasi mobile untuk pendaftaran
dan pembayaran iuran atau modul pelatihan edukasi tentang jaminan sosial. Prototipe ini perlu diuji secara
terbatas untuk melihat respon dan efektivitasnya. - Test
Prototipe diuji pada kelompok kecil pekerja informal di beberapa wilayah di Banten. Umpan balik dari
peserta akan digunakan untuk menyempurnakan solusi sebelum implementasi skala besar. Misalnya, BPJS
Ketenagakerjaan dapat melibatkan komunitas pedagang pasar di Kota Tangerang atau pengemudi
transportasi daring di Serang dalam tahap uji coba ini.
Implementasi Solusi untuk Pekerja informal, Berdasarkan hasil proses design thinking, BPJS Ketenagakerjaan dapat mengimplementasikan beberapa program
unggulan, seperti:
Edukasi dan Kesadaran: Mengadakan kampanye edukasi melalui media sosial, seminar, dan kerja sama
dengan pemerintah daerah.
Kemitraan dengan Komunitas Lokal: Melibatkan asosiasi pekerja informal untuk menjadi mitra dalam mensosialisasikan dan mendaftarkan anggotanya ke program BPJS Ketenagakerjaan.
Dampak dan Manfaat
Program-program ini tidak hanya memberikan perlindungan finansial bagi pekerja informal, tetapi juga membantu menciptakan rasa aman dan meningkatkan produktivitas mereka. Selain itu, program ini dapat memperkuat
kepercayaan masyarakat terhadap BPJS Ketenagakerjaan sebagai lembaga jaminan sosial yang inklusif dan responsif.
Kesimpulan
Dengan mengadopsi pendekatan design thinking, BPJS Ketenagakerjaan dapat lebih efektif dalam mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan pekerja informal di Provinsi Banten. Pendekatan ini tidak hanya menghasilkan solusi inovatif, tetapi juga memastikan bahwa solusi tersebut relevan dan dapat diimplementasikan dengan baik. Melalui
program-program yang inklusif, BPJS Ketenagakerjaan dapat menjadi jaring pengaman yang mendukung
kesejahteraan pekerja informal dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten.
Muhammad Ridho Hanif
Relationship Manager BPJS Ketenagakerjaan Banten
Mahasiswa Pasca Sarjana SB-IPB
Artikel ini dapat diakses secara online pada : 14 Desember 2024