JAKARTA, (MBN) – Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa merupakan generasi yang sangat diharapkan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa. Generasi muda harus menjadi agen-agen perubahan dalam setiap ide-ide atau gagasan yang berilmu yang berdasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai generasi yang dekat dengan kemajuan teknologi digital, generasi muda diharapkan mampu untuk bergerak dan memanfaatkan kemajuan tersebut untuk terjun dalam politik, baik sebagai politisi aktif maupun politisi pasif.
Anggota Komisi I DPR RI Dapil Sulawesi Utara, Hillary Brigitta Lasut, S.H., L.LM mengatakan bahwa jika membahas politik ke anak muda, maka sebenarnya mereka memiliki keunikan sendiri, yaitu mereka tidak terlalu suka hal-hal yang terlalu berbelit-belit, tidak efisien secara waktu dan strategi. Hal itulah yang menjadi titik poin yang harus dipahami oleh para politisi, pejabat, dan pelaku politik praktis di Indonesia.
“Kenapa harus dipahami? Karena pada tahun politik 2024 nanti, anak muda adalah salah satu pemegang kunci utama bagi kemenangan pemilu,” kata Hillary selaku narasumber pada Webinar Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Direktorat Aplikasi dan Informatika Kemkominfo RI bekerja sama dengan Komisi I DPR RI dengan tema ‘Peran Pemuda dalam Meningkatkan Politik Kebangsaan di Era Digital’, secara virtual. Jakarta (02/03/2023).
Menurutnya, sedikitnya anak muda yang terjun dalam dunia politik ini dikarenakan banyaknya stigma negatif dari masyarkat tentang kehadiran mereka.
“Sudah ada stigma terlebih dahulu dari masyarakat bahwa anak muda itu masih bocah kecil yang tidak bisa memegang tanggungjawab, belum memiliki pengalaman dan tidak memiliki wawasan yang cukup,” ujar Hillary.
Tetapi jika ada anak muda yang terjun ke politik, maka masyarakat akan sangat berharap bahwa anak muda harus membuktikan bahwa mereka mampu, dan mereka bisa memiliki gagasan yang dapat merubah keadaan. Dan diharapkan juga tidak mengecewakan kepercayaan yang sudah diberikan.
Sementara itu narasumber berikutnya, Sekretaris DPW Garnita Sulawesi Utara, Yelly Walasendow mengatakan bahwa baik pemuda atau pun mahasiswa harus berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan politik kebangsaan.
Sebagai anak muda yang dekat dengan teknologi informasi, seperti media sosial maka anak muda harus membuat forum-forum diskusi baik secara langsung maupun secara virtual dengan tujuan untuk mengumpulkan aspirasi dan membuat perubahan besar bagi masyarakat.
“Media sosial harus benar-benar di manfaatkan untuk membagikan kegiatan-kegiatan positif, pembahasan-pembahasan menarik mengenai politik kebangsaan,” kata Yelly.
Ia menambahkan, anak muda harus membuat postingan di media sosial secara aktif, kreatif, dan santun untuk menarik semua masyarakat agar mau menyampaikan aspirasinya di media sosial.
“Apalagi dalam menghadapi tahun politk 2024 anak muda juga berperan penting untuk memberantas berita-berita hoax, dan politik identitas,” ujar Sekretaris DPW Garnita Sulawesi Utara.
Sementara itu narasumber terakhir, Victor Christian Samuel Munaiseche selaku Pegiat Media Sosial Lambe Kawanua Official mengatakan bahwa politik kebangsaan sebenarnya sudah terjadi sejak masa Patih Gajah Mada menyatukan nusantara.
Politik kebangsaan dilakukan untuk menyatukan berbagai macam kelompok menjadi suatu kesatuan yang disebut negara.
Perkembangan teknologi yang secara pesat ini telah merubah cara manusia beraktivitas, berkomunikasi, dan bertransaksi.
“Generasi milenial ingin agar semua interaksi dan transaksi dilakukan dengan menggunakan teknologi, termasuk juga dalam menyampaikan pendapat atau aspirasinya” kata Victor.
Penggiat media sosial Lambe Kawanua Official mengatakan munculnya media massa berbasis digital, khususnya media elektronik sebagai sumber pengetahuan dan informasi politik hangat bagi masyarakat.
“Namun kemajuan ini tentunya memiliki dampak negatif, yaitu banyaknya berita hoax politik yang bermunculan pada tahun-tahun pemilu,” ujarnya.
Peran pemuda disini adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya melakukan literasi digital. Dan pentingnya untuk mencari kebenaran dari isu-isu politik yang bertebaran di media sosial.*(Kelana Peterson)