JAKARTA, (MBN) – Politisi muda Partai Amanat Nasional (PAN) Syafrudin Budiman SIP sangat yakin Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan bisa menjadi perekat Koalisi Besar. Terutama di saat mengalami kebuntuan politik dan tarik menarik kepentingan antar partai, sehingga nantinya terjadi pembagian kekuatan (sharing power).
Kata Syafrudin Budiman atau Gus Din sapaan akrabnya mengatakan, PAN sebagai partai tengah mampu mempersatukan kekuatan partai politik. Dimana Koalisi Kebangsaan Indonesia Raya (K-KIR) yang terdiri Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PAN dan PPP akan terjadi tarikan kepentingan.
“Kandidat capres-cawapres Koalisi Besar bisa dari kalangan internal koalisi atau dari kalangan eksternal. Namun, Zulkifli Hasan bisa menjadi cawapres yang menjadi perekat saat terjadi tarik menarik kepentingan,” kata Gus Din dalam keterangan persnya, Senin (17/4/2023) di Jakarta.
Keberhasilan Zulkifli Hasan mengumpulkan para ketua umum partai politik dari KIB dan K-KIR di depan Presiden Jokowi adalah prestasi gemilang. Bahkan katanya, Presiden Jokowi saat di Silaturahim PAN, Minggu (2/4/2023) lalu di Kantor DPP PAN Jl. Warung Buncit 1A Jakarta Selatan menyatakan mendukung pembentukan Koalisi Besar.
“Zulkifli Hasan mampu melakukan combine political power (penggabungan kekuatan politik) seperti Rakornas PAN di Semarang dan di Harlah 100 Tahun Nahdlatul Ulama. Tidak tanggung tanggung 5 Ketua Umum partai politik dan Presiden Jokowi bisa dikumpulkan jadi satu. Saya yakin Zulkifli Hasan bisa jadi cawapres ketika keadaan mengalami kebuntuan politik,” jelas Gus Din.
Mengenai siapa capres-cawapres Koalisi Besar, pastinya masih digodok dan dimatangkan terlebih dahulu. Nama-nama besar Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Ridwan Kamil dan Puan Maharani pasti dibahas.
“Koalisi Besar dimungkinkan nama-namanya sudah beredar dan tentunya kandidat tersebut memiliki elektabilitas tinggi. Pastinya juga Koalisi Besar tidak mengarah ke nama Anies Baswedan yang diusung dari Koalisi Perubahan,” kata Syafrudin Budiman Bacaleg PAN DPR RI Dapil DKI Jakarta I Jakarta Timur ini.
Ada Jokowi di Koalisi Besar
Gagasan baru koalisi besar partai politik untuk Pilpres 2024 mencuat dan jadi perbincangan panas setelah Presiden Jokowi bertandang ke markas DPP PAN pekan lalu, Minggu (2/4/2023). Ia mengenakan baju koko putih, tampak Jokowi duduk manis di antara lima ketua partai pendukung pemerintah.
Tampak berjajar disamping Jokowi, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono.
Dalam kegiatan bertajuk silaturahmi Ramadan tersebut, dua koalisi partai politik Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) digadang-gadang hendak berkongsi menyambut Pilpres 2024. Jokowi merestui jika dua koalisi itu ingin bersatu.
“Cocok. Saya hanya bilang cocok,” komentar Jokowi seusai acara itu.
Gus Din yang juga Mantan Aktivis Mahasiswa 98 ini menambahkan, bahwa pertemuan lima partai itu sengaja digelar di DPP PAN, kendati Megawati tak bisa hadir. Di mana latar belakang ide awal wacana koalisi besar ini, tidak lepas dari kekecewaan Jokowi kepada PDI Perjuangan.
“PDI Perjuangan menolak kedatangan Timnas Israel lewat Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster. Sehingga penolakan ini berujung kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Jelas ini menampar muka Jokowi,” tukas Gus Din.
Menurut Gus Din, Jokowi adalah leader, koordinator dan inisiator dalam pembentukan koalisi besar ini. Kemudian Zulkifli Hasan menjadi mediator dan fasilitas pembentukan Koalisi Besar dari KIB dan K-KIR.
“Jokowi tampak ingin mengubah haluan politiknya, di mana sebelumnya kepada Ganjar bisa kepada kandidat lain dari Koalisi Besar. Bahkan, Zulhas tidak menampik kalau Jokowi yang menjadi pengagas atau ‘king maker’ penggabungan KIB dan K-KIR,” pungkas Gus Din. (red /Kelana Peterson)