JAKARTA, MBN – Dampak besar tayangan pencarian bakat di televisi tidak hanya sekedar hiburan, terbukti dari perjalanan kelompok Tari Ksatria dari Swargaloka Art, juara Indonesia’s Got Talent (IMB) di Trans TV. Mengembangkan eksistensinya di ranah seni tari dan kreasi seni, kini mereka tampil sebagai penyelenggara “Festival Ksatria 2.0 – Kstaria Tari Indonesia (KTI)”.
Berangkat dari menjadi peserta, kelompok ini mengajak generasi muda untuk membentengi jati diri bangsa melalui seni kontemporer yang berakar pada kearifan Indonesia. Ahmad Mahendra, Direktur Film, Musik, dan Media Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menekankan pendekatan kontemporer festival ini untuk kemajuan budaya.
Diselenggarakan oleh Yayasan Swargaloka dan didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, KTI menjalani proses yang sangat teliti, mulai dari kurasi pada 16-21 Oktober 2023, hingga workshop pada 4-5 Desember 2023 , yang berpuncak pada grand final di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini Jakarta, pada Rabu (12/6/2023).
Babak grand final menampilkan lima pemenang berprestasi: Sanggar Tari Cecakal (Yogyakarta), EOU (Pontianak), Sesingidan Puspowarno (Bantul), Diamond Art Performance (Lumajang), dan Makuta (Gorontalo). Dinilai oleh para profesional dan pemilih, para pemenang diakui dalam kategori Pemimpin Visioner, Kostum Terbaik, Musik Terbaik, Dramaturgi Terbaik, dan Tim Terbaik, dan Ksatria Tari Indonesia 2023 membawa pulang Piala bergengsi Mendikbudristek RI.
Diprakarsai oleh Ksatria IMB yang terdiri dari Bathara Saverigadi Dewandoro, Bathari Putri Surya Dewi, Chikal Mutriara Diar, Denta Sepdwiansyah Pinandito, dan Afrilia Mustika Sari, para penggagas juga berperan sebagai kurator dan juri seleksi Festival KTI yang dilengkapi oleh Drs. Suryandoro, pendiri Yayasan Swargaloka.
Juri terakhir terdiri dari Edi Irawan, Sofura Maulida (Ufa Sofura), Siko Setyanto, Dwi Nusa Aji Winarno (Pemenang Ksatria Tari Indonesia 2022), dan Ronald Sue (Tim Roro), mengevaluasi peserta grand final.
KTI, Kompetisi Kreasi Tari Tradisional berbasis kelompok, mengedepankan penampilan yang merakyat, unik, kreatif, atraktif, dan spektakuler. Selain itu juga bertujuan untuk menampilkan kearifan lokal melalui motif, aksesoris, kostum, alat musik, dan unsur seni lainnya.
Ahmad Mahendra mengucapkan terima kasih atas partisipasi nasional pada tahun 2023, menyusul fokus regional pada tahun 2022 di Surabaya yang diikuti oleh 36 komunitas. Tahun ini, 113 kelompok dari 25 provinsi mengikuti festival tersebut.
Dr. Suryandoro, selaku Produser Eksekutif, menjelaskan bahwa KTI yang lahir dari kelompok Seni Ksatria Swargaloka bertujuan untuk mencari tidak hanya penari dan kreator yang terampil, tetapi juga individu-individu yang memiliki sikap yang tepat, seniman berbakat yang siap membangun persatuan dan saling menghormati.
Kelompok tari yang berpartisipasi diharapkan memiliki visi dan misi yang kuat, memiliki potensi untuk berkembang, berdampak pada kesejahteraan anggotanya, dan menginspirasi generasi muda untuk maju.
Dalam upaya mencapai produksi yang inovatif dan berkelanjutan, Suryandoro menyoroti pentingnya pemberdayaan generasi muda melalui seni berbasis industri kreatif.
Ketika Indonesia mendekati bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif melebihi kelompok usia non-produktif, Suryandoro melihat kreativitas sebagai kekuatan penting untuk mendorong bangsa menuju Indonesia Emas pada tahun 2045.
KTI melanjutkan pencarian bakat Indonesia’s Got Talent Trans TV yang melibatkan juri papan atas seperti Deddy Corbuzier, Ivan Gunawan, Cinta Laura, dan Raditya Dika.
Bathara Saverigadi Dewandoro, mewakili tim Ksatria, mendorong para seniman muda untuk terhubung dengan kekuatan tradisi lokal Indonesia melalui tarian. Ia membayangkan tari lokal menjadi sorotan di berbagai acara remaja, dan KTI berupaya memperkenalkan talenta-talenta muda ke dunia profesional tari Indonesia.
Seperti dilansir dari bagian tiket, “Festival Ksatria 2.0 – Kstaria Tari Indonesia (KTI)” akan menjadi acara yang meriah, dengan 1.200 kursi di Gedung Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta sudah terdistribusi.
Acara tersebut dihadiri oleh Pandu Pradana mewakili Ahmad Mahendra, Direktur Film, Musik, dan Media Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta berbagai seniman, budayawan, pejabat pemerintah, dan pecinta tari.
“Ajang KTI dengan kebebasan temanya bertujuan untuk melahirkan ide-ide segar dan kreasi out-of-the-box. Peserta memancarkan rasa percaya diri, sebagaimana tercermin dalam slogan KTI: “Juara Harus Percaya Diri’,” pungkas Bathara.
(Kelana Peterson)