JAKARTA, (MBN) – Sejak wabah Pandemi Covid 19 merebak di seantero jagat dan tak terkecuali di Indonesia, membuat para seniman musik tidak bisa manggung untuk terus mengebulkan dapurnya. Dan ketika pemerintah menurunkan level
Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), membuat geliat konser mulai bergairah. Hal itu disambut para pelaku industri musik Indonesia, tak terkecuali Band Kotak. Dan ketika ada tawaran show untuk mengisi acara malam Apresiasi Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (ADIKTIS) Kementerian Agama RI, Tantri langsung menyambarnya.
“Terima kasih Bapak Yaqut Cholil Qoumas Menteri Agama RI, atas kesempatan show paska Wabah Pandemi Covid 19 di malam Apresiasi Pendidikan Tinggi Islam ini” ujar Tantri sebelum mengawali konsernya dihadapan pejabat Eselon 1-4 dan Menteri Agama RI di Ballroom hotel Mercure Ancol Jumat (10/12/2021)
Sebagai musisi menganggur hampir dua tahun membuat dirinya dan rekan-rekannya di band Kotak kelimpungan.
“Mau tidak mau ya tinggal di rumah saja mengikuti himbauan pemerintah, apalagi saya punya anak kecil yang rentan kalau keluar rumah,” ujarnya.
Karenanya Tantri dan koleganya di Band Kotak, berharap wabah Covid bisa segera lenyap dari Indonesia. Sehingga para penghibur, khususnya seniman musik bisa kembali mengais rejeki.
“Mudah-mudahan setelah konser malam ini, band Kotak bisa Tour Show di kantor Kementerian agama di Seluruh Indonesia,” seloroh Tantri yang disambut tepuk tangan seluruh hadirin .
Tantri mengungkapkan soal pilihannya berhijab kepada undangan keluarga besar Kemenag RI.
“Bapak Menteri dan Bapak Ibu pejabat Kementerian Agama, sebelum saya memutuskan berhijab. Perang batin lumayan lama, ada keraguan, kalau nanti berhijab tawaran manggung berkurang dan dibully masyarakat,” ungkap Tantri.
Tapi, kata Tantri menambahkan keinginan untuk berhijab makin kuat. Sehingga segala sesuatunya ia pasrahkan kepada Allah SWT.
“Karena niat sudah bulat, apapun resikonya ia pasrahkan kepada Allah SWT. Alhamdulilah, tawaran manggung tetap ada dan kami tetap bisa bermusik seperti biasa,” pungkasnya (Kelana Peterson)