(MBN) Jakarta | Terlepas dari pandemi, terbatasnya akses kesehatan di luar kota besar masih menjadi tantangan industri kesehatan tanah air.
Ketidakmerataan fasilitas kesehatan daerah dibanding kota besar, jumlah dokter spesialis, ketersediaan stok obat dan jumlah apotek, hingga biaya pengobatan masih kerap menjadi kekhawatiran bagi masyarakat daerah untuk mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Selain itu, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari negara kepulauan kerap menjadi penghalang bagi infrastruktur untuk bisa menjangkau masyarakat secara merata.
Perjalanan laut belasan jam yang masih harus dilalui untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan rumah sakit, kerap terjadi bukan hanya bagi masyarakat di wilayah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal), namun juga masyarakat yang tinggal di kepulauan sekitar Pulau Jawa.
Tak jarang pasien yang diantar kemudian meninggal di tengah laut dan terpaksa harus kembali ke kampung. Upaya preventif dalam kesehatan lantas dinilai dapat menjadi solusi dari tantangan ini, diantaranya melalui kehadiran telehealth yang memungkinkan konsultasi jarak jauh secara real time, sehingga dapat menjadi pertolongan pertama, sejumlah risiko penyakit dapat diminimalisir dan kasus gawat darurat dapat ditekan.
Lebih lanjut, penetrasi teknologi akibat dorongan pandemi, juga berpotensi membawa dampak cukup besar dalam membuka transformasi akses kesehatan melalui teknologi secara lebih mudah dan merata bagi masyarakat di kota tier 2 dan 3.
Dalam acara Digitalisasi Nusantara Expo & Summit 2022 yang digelar di Solo pekan lalu, dr. Moh. Adib Khumaidi, Sp.OT Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia, mengatakan bahwa Pandemi tidak hanya menjadi krisis bagi dunia kesehatan, namun juga menjadi pembelajaran akan pentingnya akses kesehatan yang mudah dan merata di Indonesia.
“Pada prinsipnya, transformasi digital di bidang kesehatan ini merupakan kebutuhan masyarakat secara global dan Indonesia sangat beruntung memiliki ekosistem teknologi yang kuat, sehingga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagai upaya dalam mendukung dan mendekatkan akses layanan kesehatan kepada masyarakat, termasuk di daerah. Jelasnya
Di saat aktivitas masyarakat harus semakin dibatasi akibat pandemi, teknologi di sektor kesehatan justru menjadi solusi yang memudahkan masyarakat mendapatkan akses layanan kesehatan secara daring seperti konsultasi jarak jauh, apalagi untuk masyarakat di kota tier 2 dan 3. Popularitas telehealth pun semakin meningkat seiring dengan upaya pemerintah untuk menciptakan “rumah sakit tanpa dinding” dan berbagai program kolaborasi yang dilakukan dalam penanganan pandemi seperti program isolasi mandiri yang dibantu telehealth.
Tidak hanya kemudahan akses konsultasi dengan dokter, ketersediaan dan integrasi apotek dengan telehealth juga memiliki peran dalam memberikan layanan kesehatan berkualitas yang merata di kota tier 2 dan 3. Saat berdiskusi terkait perluasan akses kesehatan melalui pemanfaatan telehealth, Apt. Drs Nurul Falah Eddy Pariang, Ketua Ikatan Apoteker Indonesia, mengatakan, “Layanan telehealth, seperti Halodoc, yang sangat ramah pengguna membuat masyarakat yang tinggal di daerah sekalipun merasa terbantu.
Apotek dan telehealth lantas menjadi sebuah sinergi baru yang harus dilakukan, sehingga akses layanan kesehatan berkualitas di sejumlah daerah tidak lagi terhalang oleh jarak.”
Lebih lanjut, Halodoc sebagai platform layanan kesehatan, juga melihat peningkatan penggunaan telehealth oleh masyarakat di luar Pulau Jawa, diantaranya Maluku, Kepulauan Riau, Kalimantan, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
Jonathan Sudharta, Co-Founder dan CEO Halodoc, mengatakan Ekosistem telehealth yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun, mampu menjembatani kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan yang berkualitas dan terpercaya.
Telehealth kini memungkinkan masyarakat di berbagai daerah bahkan Papua, untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis dari kota besar, seperti Jakarta.
Dengan misi menyederhanakan akses layanan kesehatan di berbagai daerah, Halodoc berkomitmen untuk terus memperluas pemanfaatan teknologi di luar kota besar yang diharapkan dapat menjadi solusi di tengah terbatasnya akses kesehatan bagi masyarakat di wilayah terpencil di Indonesia.”
Perluasan pemanfaatan telehealth hingga ke daerah juga menjadi salah satu wujud komitmen pemerintah dalam percepatan proses transformasi digital di layanan kesehatan Indonesia. Agus Rachmanto, Deputy Chief DTO Kementerian Kesehatan RI, mengatakan, “Telehealth semakin berperan krusial karena pandemi saat ini.
Sebelum pandemi, telehealth masih asing karena dokter dan pasien lebih memilih pertemuan tatap muka. Namun pandemi membuat kebutuhan berubah, mulai dari cara dokter berkonsultasi dengan pasien hingga resep obat secara elektronik. Ini menjadi momen perubahan baik dari sisi masyarakat maupun pelaku industri kesehatan yang mulai menyadari dan membawa dampak positif terutama dalam hal perbaikan layanan kesehatan kedepannya.”
Lebih lanjut, di tengah perubahan lanskap industri kesehatan di Indonesia yang sedang bertransformasi saat ini, setidaknya berikut 3 faktor utama dari telehealth yang dipercaya mampu permudah akses layanan kesehatan di kota tier 2 dan 3:
Pertolongan pertama layaknya kotak P3K yang ada di setiap rumah
Akses masyarakat daerah untuk mendapatkan layanan dari fasilitas kesehatan terdekat masih menjadi tantangan. Layanan fitur konsultasi dengan dokter berlisensi di telehealth yang tersedia 24/7 memungkinkan masyarakat daerah untuk berinteraksi dengan dokter secara virtual dari manapun.
Inovasi ini memiliki peran penting layaknya kotak P3K sebagai pertolongan pertama yang dapat diakses secara cepat dan mudah. Inovasi telehealth yang tersedia 24/7 juga terbukti mampu menolong para pasien positif COVID-19, dengan data internal Halodoc menunjukkan sebanyak 12% pasien positif COVID-19 se-Indonesia terbantu dengan memanfaatkan akses layanan kesehatan digital dari Halodoc.
Pengalaman seamless bagi pengguna dan para mitra
Teknologi telehealth dirancang sedemikian rupa agar mudah dan ramah digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dari sisi pengguna telehealth memungkinkan digunakan oleh masyarakat di wilayah yang infrastrukturnya belum memadai, hanya dengan smartphone dan akses internet maka akan langsung dapat terhubung dengan dokter dalam waktu 30 detik.
Pembelian vitamin dan obat juga akan dikirim secara langsung oleh pengantar kurang lebih dari 1 jam akan tiba di depan pintu rumah pasien.
Sementara dari sisi mitra, teknologi telehealth berbasis Artificial Intelligence (AI) memudahkan dokter beradaptasi dengan metode konsultasi online. Halodoc juga melakukan pelatihan berkala untuk memastikan dokter familiar dan nyaman dalam menggunakan aplikasi dan menjawab keluhan pasien secara virtual.
Telehealth juga memungkinkan para apoteker untuk memberikan obat sesuai resep elektronik kepada pengguna dengan mudah dan cepat.
Telehealth jadi sarana bagi dokter untuk menjangkau lebih banyak masyarakat
Indonesia hanya memiliki 4,27 dokter untuk setiap 10.000 populasi. Jumlah ini terbilang cukup tertinggal dibanding negara tetangga seperti Filipina (6.00), Thailand (8,05), atau Singapura (22,9).
Berkaca pada angka tersebut, teknologi seperti telehealth sangat berperan bagi para dokter untuk memperluas jangkauan layanannya. Di Halodoc sendiri, layanan Chat Dokter masih menjadi yang paling diminati sejak sebelum pandemi. Melalui layanan tersebut, Halodoc mampu menghubungkan 20.000 dokter umum dan spesialis di berbagai bidang, dengan lebih dari 20 juta monthly active user (MAU) di berbagai wilayah Indonesia.
Pemanfaatan telehealth secara optimal untuk mempermudah akses layanan kesehatan di kota tier 2 dan 3 di Indonesia tentu membutuhkan kerjasama dengan seluruh stakeholder di layanan kesehatan. “Halodoc bersama seluruh elemen bangsa di bidang kesehatan, mulai dari Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia, dan regulator lainnya, berkomitmen untuk bisa memudahkan akses kesehatan di Indonesia.
Dengan bergotong royong secara lebih baik, kita optimis dapat mempermudah akses kesehatan di daerah atau pulau terpencil. Hal tersebut yang juga menjadi panggilan terbesar kami di Halodoc untuk terus memperluas akses kesehatan di Indonesia,” tutup Jonathan.(Kelana Peterson /ril)