JAKARTA, (MBN) – Sebenarnya lagu-lagu Batak lebih menasional lebih dahulu ketimbang lagu daerah lain, Era Trio Ambisi sempat menjadi idola di masa era 80-90 an. Tapi seiring meredupnya Trio Ambisi, tembang dengan syair berbahasa Batak hilang ditelan bumi. Lagu Jawa yang digawangi Manthous, Didi Kempot menguasai pasar industry musik tanah air. Dan puncak ketika Farel Prayoga bocah bersuara emas yang tiba-tiba mengguncang Istana negara dan tentunya menjadi trending topik. Setelah itu muncul lagu bernuansa Sunda dengan judul Runtah milik Doel Sumbang mampu merangsek dan terbaru Band Wali mencucurkan tembang bernuansa Sunda, Kumaha Aing langsung mencuri perhatian penikmat musik Indonesia.
Tidak mau kalah dengan tembang Jawa dan Sunda, giliran Trio Starligh yang menggelontorkab tembang Hu Ingor Do Ho karya Tagor Pangaribuan.
“Kami tidak bermaksud ikut-ikutan ya, mungkin momennya saja yang pas lagu Jawa dan Sunda Lagi trending topik di industry musik tanah air,” ujar Duo Sinturi usai jumpa pers di Cafe Jayden di Bekasi Senin (30/1/2023)
Trio Starligh Hadir di industry musik Tanah air bermula jadi home band di Jayden CV iffe hiburan and Lounge di Bekasi. penampilan trio yang beranggotakan Dyo Sianturi, Doan Napitupulu dan Lanser Sihombing, adalah ansamble vokal yang memiliki paduan suara yang sangat harmonis.
Single mereka kini sudah bisa didengarkan di Youtube Channel, MrCo Production, Spotify, TikTok, Apple Music, Joox, Deezer, Youtube Music, Soundcloud, dan semua Digital Platform. Artinya, lagu berbahasa Batak itu, sudah bisa didengarkan diseluruh dunia.
Tak hanya soal jangkauan promosi melalui platform digital tersebut, tapi secara produksi musikal, karya tradisional Starlight ini dikemas oleh Jimbo, dalam gaya aransemen modern untuk dengan selera internasional. Bahkan video musiknya pun dibuat dalam format yang bisa dinikmati oleh masyarakat dunia.
Secara lirik, lagu karya Tagor Pangaribuan tersebut, sesungguhnya berbicara tentang kisah cinta dua sejoli yang sedang terpisah karena jarak dan waktu. Mereka saling mengingat kenangan indah satu sama lain saat masih bersama.
Soal lirik cinta, Tagor Pangaribuan, pernah sukses menggarap sejumlah lagu pop yanghits dimasanyas. Sebut saja lagu “Jangan Sampai Tiga Kali” dan “Jangan Salah Menilai”. Tentu saja, karya terbarunya ‘Hu Ingot Do Ho’ untuk Starlight, bisa meraih sukses serupa, atau bahkan lebih.
Sementara itu, Musisi Jimbo dari MrCo Production, dengan berbagai macam pengalaman produksinya, menggarap lagu tersebur dengan pendekatan profesional berstandart internasional. Selama ini, standart seperti itu sangat jarang terjadi pada produksi lagu-lagu daerah, khususnya yang berbahasa Batak.
Nah, soal Video Musiknya, ini cukup mengejutkan, karena secara teknis, menggunakan kamera ‘Arri Alexa LF’ Mini, kamera yang biasanya digunakan dalam film internasional produksi Production House dari Hollywood, seperti John Wick 4, dan lain sebagainya..
Jimbo sebagai Music Director dalam karya luar biasa ini, menggandeng DOP (Director of Photography, Em Lintong, yang selama ini menggarap semua video musik dari artis-arti di bawah bendera MrCo Production.
Dalam produksinya yang dikemas simple tapi dengan format cinematic, EM dibantu oleh Paijo Zaskia Gothic, Zealous Band, dll Em mengusulkan untuk konsep Video yang simple tapi cinematic.
Model Video klip Opung Medan. Ia seorang Content Creator asal Batak yang viral di Tiktok, yang baru saja mendapat penghargaan dari Tik Tok Award. Ada juga Model, Influhecer sekaligus Content Creator Sintia Sidabutar asal Samosir, Sumatera Utara.
Lokasi pengambilan gambar untuk video musiknya dilakukan di Grand Marico Ballroom, Hotel Danau Indah Cileungsi dan di Boulevard Citraland Cibubur, Kota Bekasi.
Marico, sebagai Executive Producer dari Single Hit ‘Hu Ingot Do Ho’, berharap agar produksi lagu Batak ini, berjalan dengan baik dan benar. Semuanya dilandasi oleh aturan hukum yang jelas, ditanda tangani di atas materai, denga nisi perjanjian utama, soal pembagian royalty. Semua ini dilakukan Marico, karena tak ingin artis, penyanyi, dan komposer lagu-lagu daerah Batak, tidak mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual dengan benar.
Starlight, terbentuk sejak 18 maret 2022. Mempunyai latar belakang masing- masing personil yang berbeda namun cukup matang dengan group vocal maupun menjadi Mc dan penyanyi solo akan tetapi dengan hobi yang sama yaitu bernyanyi ketiga pria asal Sumatera Utara yang telah merantau ke Jakarta ini mencoba menyatukan visi misi untuk membuat perpaduan vokal dalam sebuah group trio.
Setelah melanglang buana mengisi penampilan maupun showtime di café-café Jakarta antara lain; Aek Nauli Cafe , Mulia Cafe , Tapian Nauli Cafe , Smartbar , New Hunter Pub , Jayden Coffee and Lounge dan tempat lainnya. (Kelana peterson)