TANGERANG, (MBN) – Peserta diskusi online dengan tema ‘Eksistensi dan Kontribusi Pemuda Sebagai Aktor Perdamaian dan Motor pembangunan’ yang diinisiasi oleh Tangerang Youth Initiative (TYI) tampak antusias mengikuti diskusi via Zoom, Senin (28/09/21).
Ismail Tambunan, Direktur kajian, penelitian dan kebijakan publik TYI mengungkapkan, selain untuk mengisi post-post kritis dan ruang bagi pemuda untuk berdiskusi, Diskusi tersebut Juga bertujuan agar pemuda memiliki kesadaran terhadap realitas yang sedang dihadapi.
“Kesadaran kritis terhadap realitas seperti ekonomi, pendidikan, hukum dan sosial budaya yang disebabkan oleh lunturnya nilai-nilai kemanusiaan,” Ungkap Tambunan kepada rekan media.
Terkait dengan tema yang menekankan peran dan kontribusi pemuda, Tambunan menjelaskan, Pemuda sebagai subjek sudah memiliki peran, Namun untuk dapat berkontribusi dan menjadi Aktor perdamaian dibutuhkan kolaborasi dan proses dinamika pemikiran kritis untuk dapat bekerja nyata.
“Kita dapat menjadi aktor perdamaian secara luas, dengan dimulai dari berdamai dengan diri sendiri,” terangnya.
Selain itu, Founder TYI, Deny Giovanno Hasdanil mengatakan, TYI adalah inisiatif dari generasi pemuda Tangerang yang berupaya untuk menjadi katalisator perubahan dan kemandirian generasi pemuda Tangerang Raya yang lebih Inklusif.
“Pemuda memegang peranan strategis sebagai aktor dalam mewujudkan kedamaian melalui kerja-kerja nyata dalam pembangunan,” Kata Deny dalam sambutannya.
Kegiatan diskusi publik ini dimulai pukul 02.00 WIB yang diikuti 50 peserta, Menghadirkan dua Narasumber yang memiliki concern khusus dalam upaya pembangunan sumber daya manusia dan kesadaran Hukum.
Dua Narasumber Pada Diskusi Online TYI
Narasumber pertama, Anri Saputra Situmeang, Direktur LBH Situmeang dalam pemaparan materinya tentang Hukum dan Sosial Budaya mengatakan, Hukum yang dicita citakan harus didasari kebiasaan (Budaya) dan kebutuhan hidup manusia, karena ketika aturan hukum tersebut sudah berlaku, masyarakat tidak akan ada paksaan untuk menaatinya karena berdasarkan pergaulan dan kebutuhan masyarakat.
“Sebagai pemuda, khususnya yang berkecimpung di dunia Hukum harus memberikan pemahaman dan sosialisasi kesadaran Hukum guna menciptakan Budaya Hukum (Legal Culture) dalam kehidupan sosial masyarakat,” paparnya.
Dalam hal menjaga kerukunan dalam keberagaman untuk mencapai kedamaian, Anri menerangkan, harus dengan cara saling menghargai dan menghormati perbedaan.
“Sebagaimana dasar negara kita, yaitu Pancasila dan Bhineka Tunggal ika,” tuturnya.
Anri menilai, tanggung jawab pemuda untuk berkontribusi dalam pembangunan bisa dilakukan dari lingkungan terkecil lebih dahulu.
“Karena ketika kita sudah setia pada perkara kecil, maka kita akan siap untuk menghadapi perkara yang besar, ini menjadi motto hidup saya, Bahwa hidup harus jadi berkah untuk sekeliling kita,” tandasnya.
Sementara itu, Narasumber kedua, Sahat Martin Sinurat, Sekjen DPP GAMKI memaparkan materi tentang perdamaian dan pembangunan dari perspektif Ekonomi dan Pendidikan, Ia menyoroti tantangan yang dihadapi pemuda di era digital.
Sahat menjelaskan, Pemuda memiliki peran strategis dalam hal menjaga perdamaian dan berkontribusi terhadap masyarakat, namun, pada era digital, peran pemuda tersebut akan maksimal jika dihadapi dengan apabila pemuda menghimpun diri dalam sebuah organisasi yang mampu mengoptimalkan masing-masing potensinya.
Kemudian, menciptakan media kolaborasi yang efektif dan sinergi dengan pemerintah agar mampu mempengaruhi pengambilan setiap keputusan agar kebijakan yang diambil tetap berorientasi pada keadilan, kedaulatan dan distribusi ekonomi yang merata.
“Kita harus menjemput bola, bukan lagi menunggu, berfikir kreatif dan inovatif sangat diperlukan,” tandasnya.