PANDEGLANG, (MBN) – Sudah selayaknya usia senja merupakan waktu bagi seseorang untuk menikmati masa tuanya bersama keluarga. Namun, tidak dengan Mahati (87th), Perempuan yang berusia lanjut ini diketahui tinggal bersama satu orang anaknya Anasih (45th) anak ke dua dari 4 bersaudara Pasangan Mahati Dan Mustofa(Almrh) rumah tempat tinggalnya sangat memprihatikan dan jauh dari kata layak huni, (15/12/2020).
Pantauan Media MitraBantenNews.com. Bahkan, untuk makan sehari-hari nenek Mahati (87th) dan Anak perempuannya yang sedang sakit dan mengidap penyakit TBC paru-paru dan sudah 10 tahun. dari belas kasihan para tetangga sekitar. Jauh dari kehangatan keluarga serta anak cucu, nenek Mahati (87th) hanya hidup dengan cara sederhana. Bahkan, tidak jarang nenek berusia lebih dari setengah abad ini nampak melamun dalam kesepian dengan satu orang anak Perempuannya yang setia menemani walau sedang sakit tersebut.
Menjalani takdir kehidupan seorang Nenek Mahati (87th) hidup berdua di sebuah gubuk sederhana. Meski tinggal berdua , wanita lanjut usia di Kampung Cibintarok RT.04/04 , Desa Pangkalan, Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang-Banten ,ini tetap tegar menghadapi berbagai cobaan yang silih berganti.
Dari mulai membersihkan rumah hingga pekerjaan rumah lainnya pun dikerjakan nenek Mahati (87th) dan seorang Anak perempuannya Anasih(45th)Padahal, wanita seusianya sudah selayaknya menikmati kehidupan dengan tenang dan damai.
Untuk urusan perut, nenek Mahati bahkan bergantung pada belas kasihan dari tetangga sekitar.
Tidak jarang, hawa dingin sering merasuki tubuh nenek tua ini di kala malam hari melalui sela-sela dinding yang sederhana. Bahkan, di beberapa sisi rumah nampak sudah tidak layak untuk dijadikan sebagai rumah bagi wanita usia lanjut ini.
Nenek Mahati pun mengungkapkan Kepada Awak Media MitraBantenNews.com ketakutannya “jika suatu saat rumah yang selama ini ia tinggali tersebut dapat roboh sewaktu-waktu lantaran termakan usia. Dan rapuh.
“ Ya, saya takut roboh, kalau musim hujan pasti ada angin, dan kalau hujan angin saya langsung keluar rumah dan ke masjid, karena takut roboh,” ungkapnya sambil menangis.
Untuk diketahui, Nenek Mahati (87th) tidak memiliki suami Setelah Meninggal Dunia sekitar 25 tahun yang lalu , karena sakit yang dideritanya. Sedangkan, Anak-Anak yang lainya jarang sekali berkunjung karena sedang bekerja di Palembang.
Hanya anak yang terdekat yang sesekali datang berkunjung kerumahnya.
“Semoga saja ke empat anak saya bisa peduli dan melihat kondisi saya saat ini, dan saya bisa bertemu kembali dengan ke empat anak saya,” tutur nenek Mahati.
Wahdi (47th) membenarkan Kepada Media MitraBantenNews.com, kondisi yang sangat memprihatikan karena rumah yang tidak layak huni ditempati berdua oleh nenek tua dan seorang anak perempuan yang sedang sakit dan seharusnya mendapatkan bantuan dari Pemerintah ataupun para dermawan.
“Betul, nenek Mahati tinggal berdua sejak ditinggal suaminya meninggal dunia 25 tahun yang lalu, kemudian memiliki 4 orang anak namun, anaknya jarang berkunjung dengan kondisi dan keadaan orang tuanya saat ini,” ungkapnya.
Ditempat terpisah Ade Yayan Permana dari tim relawan Warga Kecamatan Sobang (Sobang Peduli Kemanusiaan) bedah rumah mengatakan kepada Media MitraBantenNews.com”
Kami adalah sekumpulan manusia yang sedang berusaha memanusiakan manusia dengan cara budaya gotong royong.
Dalam Sobang Peduli Kemanusiaan kami berusaha ikut serta membantu dan mengatasi kesulitan kesulitan masyarakat disekitarnya. Fokus kami adalah membantu permasalahan sosial kaum miskin, masyarakat termarjinalkan, Kebencanaan, serta persoalaqn sosial lainnya.ujarnya
Ade Yayan Permana menambahkan “Salah satu program yang kami lakukan adalah membantu membedah rumah keluarga miskin termasuk asessment atas pemenuhan hak-hak warga negara miskin dari negara sebagaimana Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) pasal 34 ayat 1 dinyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”imbuhnya
(Yeyen)