JAKARTA, (MBN) – Anugerah Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Berprestasi tingkat Nasional tahun 2021 diberikan kepada Ahmad Fahimi. Pria kelahiran Banyuwangi tahun 1978 ini adalah Kepala MI Darus Sholeh, Desa Karanglincak, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang.
Di babak final, Fahimi presentasi makalah bertajuk ‘Membumikan Moderasi Beragama melalui Thoriqoh untuk Menangkal Radikalisasi di kalangan Guru Madrasah’. Makalah ini ditulis berdasarkan pengalaman yang dijalaninya dalam upaya membumikan moderasi beragama melalui thoriqoh.
“Kebetulan bapak mertua saya, KH Abdur Rozaq Imam, seorang muqoddam atau mursyid Thoriqoh Tijaniyah. Para guru saya sarankan untuk mengikuti ajaran thoriqoh tersebut. Dengan thoriqoh tersebut, guru-guru diharapkan mempunyai karakter yang istikamah dan disiplin serta menyeimbangkan antara syariat dan hakikat. Para guru juga dapat mengamalkan nilai-nilai moderasi dalam beragama dari ajaran thariqoh ini,” papar Fahimi usai menerima penghargaan pada malam penganugerahan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi di Jakarta, Selasa (30/11/2021).
Setelah mengajak guru-guru MI Darus Sholeh mengamalkan zikir dan ajaran Thoriqoh Tijaniyah selama kurang lebih 5 bulan, Fahimi mengaku terlihat ada perbedaan yang signifikan dari karakter mereka, khususnya dalam hal kedisiplinan waktu.
“Memang pengamal Thoriqoh Tijaniyah dituntut untuk disiplin dalam pemanfaatan waktu, mengingat amalan zikir pagi harus dibaca sebelum matahari terbit. Dan yang terlihat sekali perubahan sikap guru dalam mendidik murid, para guru semakin sabar dan tidak banyak mengeluh,” sambung Fahimi.
Fahimi berharap, ajaran thoriqoh akan semakin meningkatkan keimanan, keistiqamahan, kedisiplinan serta kesabaran para guru dalam mendidik siswa di madrasah. “Dan yang lebih penting adalah adanya sikap moderat dalam mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan ajaran thoriqoh,” ungkapnya.
Selain presentasi makalah, Fahimi juga harus menjalani uji kompetensi soal dan wawancara dengan penguji. Salah satu pengujinya berasal dari Australia dan wawancara menggunakan Bahasa Inggris.
Fahimi mengaku dirinya jarang mengikuti lomba guru berprestasi. Sebagai kepala madrasah, selama ini dia fokus mengembangkan MI Darus Sholeh. Maklum, MI Darus Sholeh termasuk masih belia, berdiri pada 2003, sehingga membutuhkan konsentrasi khusus untuk mengembangkannya.
“Saya itu tidak pernah ikut lomba mbak. Saya fokus mengajar dan membesarkan madrasah,” kata Fahimi.
Hingga pada awal Oktober 2021, Kantor Kemenag Kabupaten Rembang mendorong beberapa guru tingkat MI hingga MA untuk ikut seleksi Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi. Ada lima guru dari Rembang yang terpilih dan lolos tahap I. Namun, yang berhasil lolos ke babak grand final hanya Ahmad Fahimi.
“Begitu membaca pengumuman saya berhasil masuk grand final, saya dengan bantuan beberapa teman-teman langsung menyiapkan beberapa berkas. Seperti konten video profil, video dukungan booklet, dan lainnya. Alhamdulillah walaupun waktunya sangat mepet saya bisa menyelesaikannya,” ungkap Fahimi.
Menurut Fahimi, dirinya tidak menyangka akan meraih juara I untuk kategori Kepala MI berprestasi. Dia menilai keberhasilanya tidak lepas dari doa dan dukungan keluarga besar Kemenag Kabupaten Rembang dan pihak terkait lainnya, antara lain: Bupati Rembang, Wakil Gubernur Jateng, Gus Ghofur Maimun Zubair, hingga Rektor Unipdu Jombang, KH Zulfikar As’ad.
“Rasa syukur yang mendalam saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Juga terima kasih kepada segenap pihak yang mendukung saya. Saya sadar bahwa kemenangan ini adalah kemenangan tim, bukan semata-mata karena kemampuan saya pribadi, tetapi atas bantuan, dukungan dan dorongan semua pihak,” ungkap Fahimi.
Prestasi Fahimi tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi keluarga besar Kementerian Agama Kabupaten Rembang. Kakankemenag Kabupaten Rembang, M. Fatah menyampaikan selamat atas diraihnya kejuaraan ini. Menurutnya, Fahimi adalah intan yang tersembunyi di sekian madrasah di Rembang. Fatah yakin, masih banyak guru-guru lain yang mempunyai potensi lebih.
“Kabarnya Pak Fahimi mampu menjawab pertanyaan dari dewan juri dari Australia dengan Bahasa Inggris. Ini nilai plus tersendiri. Selain itu, tema yang diusung sangat menarik, yaitu tentang moderasi beragama. Mungkin ini yang mengantarkan Bapak Fahimi menjadi juara I,” kata Fatah. (kelana Peterson/rill)