CILEGON (MBN) – Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) program rehabilitasi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Cilegon mengikuti pelaksanaan konsultasi dampak penyalahgunaan narkoba, Rabu (18/4) di aula serbaguna. Kegiatan ini dipandu dr. Margaretha SpKJ dari Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 15 peserta rehabilitasi medis. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan assesmen kejiwaan, memberikan terapi berupa psikoedukasi, psikoterapi supportif dan pemberian medika mentosa kepada peserta rehabilitasi medik.
Dokter cantik yang berprofesi sebagai psikiater ini menyampaikan Penyuluhan dampak negatif penyalahgunaan narkoba merupakan rangkaian program rehabilitasi yang sedang berlangsung di Lapas Cilegon bagi WBP.
Margaretha memaparkan dampak negatif yang terjadi jika individu menyalahgunakan narkoba dan dampak terburuk yang dapat terjadi. “Penyalahgunaan narkoba akan berdampak negatif bagi individu, baik secara biologi, psikologi, dan sosial, serta dampak terburuk yang terjadi adalah dapat mengganggu kejiwaan atau dual diagnosis (penyakit mental berat) bagi penggunanya,” jelas Margaretha.
Dari 15 peserta rehabilitasi medik diagnosis yang didapatkan adalah 15 orang dengan gangguan mental dan perilaku karena zat psikoaktif (NAPZA) dan 1 orang disertai dengan depresi sedang. Terapi yang diberikan sesuai derajat keparahan penyakit antara lain psikoedukasi, psikoterapi supportif dan 8 orang mendapatkan medika mentosa (obat-obatan kejiwaan)
dr. Emyke selaku Dokter Pratama Lapas Cilegon menyampaikan apresiasi untuk bantuan yang diberikan oleh RSUD Cilegon dalam mensukseskan program rehabilitasi medis dan sosial di Lapas Cilegon. Kegiatan ini juga membantu tenaga medis Lapas Cilegon dalam memberikan pelayanan konsultasi kejiwaan terhadap warga binaan Lapas Cilegon.
“Selain penyuuluhan dan konsultasi tentang kejiwaan, akan dilaksanakan juga terapi gangguan mental kepada peserta rehab medis untuk mengetahui riwayat pasien,”, ujar dr. Emyke.
“Terbukti dari 15 peserta ini kita temukan 1 orang yang depresi sedang, ini akan kita terapi lebih lanjut anntinya sesuai derajat keparahan penyakit si WBP” tutup dr. Emyke